“And look at me now.
Sitting here. Getting my heart broken. But still him my best smile.”
(hlm. 06)
Judul : Dear Friend With Love – bolehkan aku mencintaimu ?
Nama Penulis : Nurilla Iryani
Editor : Herlina P. Dewi
Tata Sampul : Teguh Santosa
Layout Isi : Deeje
Proof Reader : Tikah Kumala
Penerbit : Stiletto Book
Tanggal Terbit : Oktober 2012
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7572-07-2
Karin
Delapan
tahun! Itu bukan waktu yang sebentar untuk menunggu. Tapi yang aku dapatkan
selama ini justru semua cerita saat kamu jatuh cinta dengan puluhan wanita lain
di luar sana. Puluhan wanita yang selalu berakhir membuatmu kecewa. Rama,
sadarkah kamu, wanita yang nggak akan pernah mengecewakanmu justru berada di
dekatmu selama ini ? Aku. Sahabatmu, tolol!
Rama
Satu
diantara seribu alasan kenapa gue nyaman bersahabat dengan Karin adalah
ketidakwarasannya membuat gue tetap waras di tengah gilanya kehidupan Jakarta.
Ya, dia adalah teman adu tolol favorit gue. Oh iya, gue punya satu lagi alasan
: dia cantik banget, man! Nggak malu-maluin buat diajak ke pesta kawinan kalau
gue kebetulan sedang jomblo. Paket komplit!
Dear Friend With Love menceritakan tentang cewek yang
naksir cowok playboy. Ya, itulah yang
dialami oleh Karin Larasati yang menyukai sahabatnya sendiri, Rama Adrian dan
itu berlangsung selama delapan tahun. Dan tentunya, Karin selalu menjadi tempat
sampahnya Rama untuk bercerita tentang para perempuan yang disukai Rama.
Persahabatan
mereka bermula saat menjadi teman satu kelompok saat orientasi mahasiswa baru.
Mempunyai hobi kabur setiap ada kegiatan orientasi mahasiswa yang diadakan oleh
senior, berlanjut dengan kabur dari kuliah sepanjang semester. Punya hal nggak
penting buat dikerjakan.
“Perkenalkan, my hunny bunny sugar
pie, Rama. Rama Adrian, lengkapnya. My lovely love. But sadly, I’m not his
love. I’m his forever best friend!” (hlm. 02)
Saya
sangat suka dengan karakter Karin yang berusaha tetap mempertahankan
persahabatannya dengan Rama, walaupun hatinya sangat sakit. Wanita mana yang
nggak sakit waktu tahu bahwa laki-laki yang disukainya malah melamar perempuan
lain ?
Lalu
muncul Adam, seseorang yang dulu disukai Karin —saat masih kecil. Karin pikir
Adam yang ada dibayangannya, punya tampang pas-pasan. Tapi Karin salah, Adam
benar-benar tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa. Matanya agak sipit.
Rambutnya berantakan dan tubuhnya tinggi tegap. Dan Adam mampu membuat
hari-hari Karin lebih indah dan berwarna sampai dirinya sempat melupakan Rama.
Dan
konflik semakin terasa saat akhirnya Rama menyadari siapa yang sebenarnya
disukainya dan dibutuhkannya. Karin.
“Don’t marry him, Rin. Marry me!”
“What?”
“Marry me!”
“Becanda lo!”
“Serius gue!”
“Nggak lucu, Ram!”
“Kalu lucu, gue udah gabung
Srimulat!” (hlm.
135)
Bagaimana
kalau kalian ada di posisi Karin?
Bingung?
Lebih dari itu. Ada Adam yang sudah mulai mengisi hati Karin, lalu Rama muncul
dan mengatakan hal seperti itu. Itulah yang membuat hati Karin bingung campur
aduk.
Ide
ceritanya sudah umum, tapi penulis bisa meramu cerita dan konfliknya dengan
sangat baik. Apa lagi dengan dialog yang
terkesan ceplas-ceplos, menggunakan kata lo-gue yang sebenarnya agak tidak suka
tapi untuk novel ini saya menikmatinya. Dan yang menjadi nilai plus bagi saya
adalah sesekali penulis menyisipkan kalimat dalam bahasa inggris.
Kesan
pertama ketika melihat penampilan novel ini yaitu imut. Desain sampul bagian depannya
cantik ala novel chicklit dan cukup
menggambarkan petunjuk isi novel. Deskripsi untuk karakter Karin dan Rama sangat
ditonjolkan, jadi pembaca akan langsung tahu bagaimana sifat-sifat para
tokohnya.
Menggunakan improve untuk
masing-masing tokoh membuat konflik cerita semakin terasa. Tapi saya agak
kecewa karena Adam, tokoh lainnya tidak ikut melakukan improve. Ya, walaupun
Adam hanya pemeran pembantu bukan sebagai pemeran utama, tapi tidak ada
salahnya jika tokoh Adam juga improve karena akan semakin terasa konflik di
dalamnya.
Gaya bahasa yang digunakan
sederhana, nggak njimet sehingga
tidak membuat pusing kepala saya saat membacanya. Alur yang digunakan adalah
maju. Saya
menikmati lembar-demi-lembar dalam novel ini. Dan sangat terkejut dengan ending-nya. Benar-benar
tidak bisa diduga —terlebih bagi saya. Saya pikir Karin akan memilih Rama
—sahabatnya, karena ya menurut saya Karin sudah lama bersahabat dengan Rama dan
pastinya dia tahu sifat-sifat Rama. Tapi ternyata saya salah.
Untuk setting tempatnya, saya rasa belum
cukup dieksplor, walaupun beberapa kali penulis menyajikan banyak tempat. Tapi
kurang ada keterangan yang benar-benar membuat novel ini menjadi terasa
benar-benar nyata.
Untuk kekurangannya adalah masalah typo.
Masalah yang umum di dalam dunia penerbitan.
Dan dalam novel ini saya masih menemukan typo walaupun nggak banyak, seperti
contoh :
“Nggak usah. Semalem udah minum kopi dua gelas, makannya
baru tidur pagi.” (hlm. 113)
Seharusnya kata ‘makannya’ diganti dengan kata ‘makanya.’
Beberapa
kalimat favorit dalam buku ini :
1.
Helloooo, beli dondong saja milih, apalagi cari suami.
(hlm. 01)
2.
Terserah kamu deh, Cantik. Buat gue, kerikil dikecapin
juga enak kalau makannya sama kamu. (hlm. 08)
3.
Dia pasti tipe perempuan yang takut gendut.
Sampai-sampai porsi makannya sama dengan kucing tetanggaku. Lihat aja badannya
kurus kering begitu. Tinggal kulit sama kentut. (hlm. 12)
4.
Kalau manusia bisa dikandangin, mungkin para wanita
bakal menyimpan pacarnya di dalam kandang supaya nggak pergi ke mana-mana.
(hlm. 23)
5.
Gue nggak pernah mengerti apa yang ada di otak cewek
saat sedang belanja. Mereka nggak bisa ya sekali lihat langsung beli? Harus ya
muter-muter dulu sampai kaki sengkleh, baru kemudian memutuskan untuk beli baju
yang pertama dilihat. (hlm. 55)
6.
Sebetulnya terbuat dari apa sih otak wanita? Benang
kusut? (hlm. 78)
7.
Kita nggak bisa mengenal luar dalam seseorang hanya
dalam waktu dua minggu, kan? (hlm. 82)
8.
Dan ngadepin cewek ngambek itu lebih ribet dari bangun
candi dalam satu malam. (hlm. 112)
9.
Kasihan si waktu. Selalu diandalkan untuk menyembuhkan
luka. Harusnya dia punya gelar dokter. (119)
10. Siapa bilang
cowok nggak bisa sedih? Cowok juga punya hati kok, cuma jarang dipakai saja.
Biar awet dan nggak rusak. (hlm. 125)
Overall, saya menikmati perjalanan cinta dalam diam
Karin terhadap Rama yang membuat saya senyum-senyum sendiri setiap kali ada kalimat
yang menurut saya menarik.
Tiga dari lima bintang untuk kisah perjalanan
Karin dan Rama dalam menemukan cinta sejati serta arti dari persahabatan. Cocok
banget dibaca buat kalian yang ingin mengetahui apa arti persahabatan yang sesungguhnya.
0 komentar:
Posting Komentar