Rabu, 26 November 2014

Review Dear Friend With Love



“And look at me now. Sitting here. Getting my heart broken. But still him my best smile.”
(hlm. 06)


Judul : Dear Friend With Love – bolehkan aku mencintaimu ?
Nama Penulis : Nurilla Iryani
Editor : Herlina P. Dewi
Tata Sampul : Teguh Santosa
Layout Isi : Deeje
Proof Reader : Tikah Kumala
Penerbit : Stiletto Book
Tanggal Terbit : Oktober 2012
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7572-07-2


Karin
Delapan tahun! Itu bukan waktu yang sebentar untuk menunggu. Tapi yang aku dapatkan selama ini justru semua cerita saat kamu jatuh cinta dengan puluhan wanita lain di luar sana. Puluhan wanita yang selalu berakhir membuatmu kecewa. Rama, sadarkah kamu, wanita yang nggak akan pernah mengecewakanmu justru berada di dekatmu selama ini ? Aku. Sahabatmu, tolol!

Rama
Satu diantara seribu alasan kenapa gue nyaman bersahabat dengan Karin adalah ketidakwarasannya membuat gue tetap waras di tengah gilanya kehidupan Jakarta. Ya, dia adalah teman adu tolol favorit gue. Oh iya, gue punya satu lagi alasan : dia cantik banget, man! Nggak malu-maluin buat diajak ke pesta kawinan kalau gue kebetulan sedang jomblo. Paket komplit!


Dear Friend With Love menceritakan tentang cewek yang naksir cowok playboy. Ya, itulah yang dialami oleh Karin Larasati yang menyukai sahabatnya sendiri, Rama Adrian dan itu berlangsung selama delapan tahun. Dan tentunya, Karin selalu menjadi tempat sampahnya Rama untuk bercerita tentang para perempuan yang disukai Rama.

Persahabatan mereka bermula saat menjadi teman satu kelompok saat orientasi mahasiswa baru. Mempunyai hobi kabur setiap ada kegiatan orientasi mahasiswa yang diadakan oleh senior, berlanjut dengan kabur dari kuliah sepanjang semester. Punya hal nggak penting buat dikerjakan.

“Perkenalkan, my hunny bunny sugar pie, Rama. Rama Adrian, lengkapnya. My lovely love. But sadly, I’m not his love. I’m his forever best friend!” (hlm. 02)

Saya sangat suka dengan karakter Karin yang berusaha tetap mempertahankan persahabatannya dengan Rama, walaupun hatinya sangat sakit. Wanita mana yang nggak sakit waktu tahu bahwa laki-laki yang disukainya malah melamar perempuan lain ?

Lalu muncul Adam, seseorang yang dulu disukai Karin —saat masih kecil. Karin pikir Adam yang ada dibayangannya, punya tampang pas-pasan. Tapi Karin salah, Adam benar-benar tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa. Matanya agak sipit. Rambutnya berantakan dan tubuhnya tinggi tegap. Dan Adam mampu membuat hari-hari Karin lebih indah dan berwarna sampai dirinya sempat melupakan Rama.

Dan konflik semakin terasa saat akhirnya Rama menyadari siapa yang sebenarnya disukainya dan dibutuhkannya. Karin.

“Don’t marry him, Rin. Marry me!”
“What?”
“Marry me!”
“Becanda lo!”
“Serius gue!”
“Nggak lucu, Ram!”
“Kalu lucu, gue udah gabung Srimulat!” (hlm. 135)

Bagaimana kalau kalian ada di posisi Karin?
Bingung? Lebih dari itu. Ada Adam yang sudah mulai mengisi hati Karin, lalu Rama muncul dan mengatakan hal seperti itu. Itulah yang membuat hati Karin bingung campur aduk.

Ide ceritanya sudah umum, tapi penulis bisa meramu cerita dan konfliknya dengan sangat baik. Apa lagi dengan  dialog yang terkesan ceplas-ceplos, menggunakan kata lo-gue yang sebenarnya agak tidak suka tapi untuk novel ini saya menikmatinya. Dan yang menjadi nilai plus bagi saya adalah sesekali penulis menyisipkan kalimat dalam bahasa inggris.

            Kesan pertama ketika melihat penampilan novel ini yaitu imut. Desain sampul bagian depannya cantik ala novel chicklit dan cukup menggambarkan petunjuk isi novel. Deskripsi untuk karakter Karin dan Rama sangat ditonjolkan, jadi pembaca akan langsung tahu bagaimana sifat-sifat para tokohnya.

            Menggunakan improve untuk masing-masing tokoh membuat konflik cerita semakin terasa. Tapi saya agak kecewa karena Adam, tokoh lainnya tidak ikut melakukan improve. Ya, walaupun Adam hanya pemeran pembantu bukan sebagai pemeran utama, tapi tidak ada salahnya jika tokoh Adam juga improve karena akan semakin terasa konflik di dalamnya.
  
            Gaya bahasa yang digunakan sederhana, nggak njimet sehingga tidak membuat pusing kepala saya saat membacanya. Alur yang digunakan adalah maju. Saya menikmati lembar-demi-lembar dalam novel ini. Dan sangat terkejut dengan ending-nya. Benar-benar tidak bisa diduga —terlebih bagi saya. Saya pikir Karin akan memilih Rama —sahabatnya, karena ya menurut saya Karin sudah lama bersahabat dengan Rama dan pastinya dia tahu sifat-sifat Rama. Tapi ternyata saya salah.

            Untuk setting tempatnya, saya rasa belum cukup dieksplor, walaupun beberapa kali penulis menyajikan banyak tempat. Tapi kurang ada keterangan yang benar-benar membuat novel ini menjadi terasa benar-benar nyata.
           
Untuk kekurangannya adalah masalah typo. Masalah yang umum di dalam dunia penerbitan. Dan dalam novel ini saya masih menemukan typo walaupun nggak banyak, seperti contoh :

“Nggak usah. Semalem udah minum kopi dua gelas, makannya baru tidur pagi.” (hlm. 113)
Seharusnya kata ‘makannya’ diganti dengan kata ‘makanya.’

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini :

1.      Helloooo, beli dondong saja milih, apalagi cari suami. (hlm. 01)
2.      Terserah kamu deh, Cantik. Buat gue, kerikil dikecapin juga enak kalau makannya sama kamu. (hlm. 08)
3.      Dia pasti tipe perempuan yang takut gendut. Sampai-sampai porsi makannya sama dengan kucing tetanggaku. Lihat aja badannya kurus kering begitu. Tinggal kulit sama kentut. (hlm. 12)
4.      Kalau manusia bisa dikandangin, mungkin para wanita bakal menyimpan pacarnya di dalam kandang supaya nggak pergi ke mana-mana. (hlm. 23)
5.      Gue nggak pernah mengerti apa yang ada di otak cewek saat sedang belanja. Mereka nggak bisa ya sekali lihat langsung beli? Harus ya muter-muter dulu sampai kaki sengkleh, baru kemudian memutuskan untuk beli baju yang pertama dilihat. (hlm. 55)
6.      Sebetulnya terbuat dari apa sih otak wanita? Benang kusut? (hlm. 78)
7.      Kita nggak bisa mengenal luar dalam seseorang hanya dalam waktu dua minggu, kan? (hlm. 82)
8.      Dan ngadepin cewek ngambek itu lebih ribet dari bangun candi dalam satu malam. (hlm. 112)
9.      Kasihan si waktu. Selalu diandalkan untuk menyembuhkan luka. Harusnya dia punya gelar dokter. (119)
10.  Siapa bilang cowok nggak bisa sedih? Cowok juga punya hati kok, cuma jarang dipakai saja. Biar awet dan nggak rusak. (hlm. 125)

Overall, saya menikmati perjalanan cinta dalam diam Karin terhadap Rama yang membuat saya senyum-senyum sendiri setiap kali ada kalimat yang menurut saya menarik.
           
            Tiga dari lima bintang untuk kisah perjalanan Karin dan Rama dalam menemukan cinta sejati serta arti dari persahabatan. Cocok banget dibaca buat kalian yang ingin mengetahui apa arti persahabatan yang sesungguhnya.





0 komentar:

Posting Komentar

 

Miss Romances Book Published @ 2014 by Ipietoon