Jumat, 21 November 2014

Aku Berbeda



Dari judulnya saja kalian pasti mengerti maksudku kan ? Yah, yang belum terlalu paham, aku akan memberitahukannya pada kalian semua —rahasia yang sudah kusimpan rapat-rapat sejak lama. Tapi kuharap kalian menyimpan rahasia ini rapat-rapat ya ? Walaupun aku tidak yakin kalian mau melakukannya. Well, kuharap kalian menyimaknya baik-baik.

Benar, aku berbeda. Aku tidak sama dengan kalian, ayah, ibuku, bahkan saudara kembaranku. Aku layaknya bayangan. Sebenarnya aku muak dengan sebutan itu. Tapi nyatanya memang begitu. Aku tidak sepintar adikku, aku tidak secantik ibuku, aku bahkan tidak bisa tinggi seperti ayahku. Aku, entahlah. Bukannya aku tidak pernah bersyukur akan apa yang diberikan Tuhan, bukan.

Aku malahan berterimakasih pada Tuhan karena aku berbeda, hanya sedikit kesamaanku dengan ibuku. Bukan hal yang patut dibanggakan sebenarnya —mabuk kendaraan, parah bukan ?

Kecerdasan ? Ingin sekali aku memiliki kecerdasan layaknya saudara kembarku, tapi itu mungkin hanya khayalan belaka. Setidaknya aku ingin memiliki suatu kelebihan, hanya satu. Satu saja sudah cukup membuatku senang karena aku yakin orang akan tetap mengingatku karena kelebihanku itu. Tapi bahkan sampai sekarang aku tidak tahu apa kelebihanku, kecuali hobby tidurku —itupun tidak masuk dalam kriteria suatu kelebihan.

Aku juga sangat kesulitan untuk memahami setiap pelajaran yang diajarkan guru disekolah, tidak seperti saudaraku yang akan langsung bisa menangkap materi itu dengan mudah. Iri ? Kenapa aku harus iri padanya. Apakah dengan bersikap iri maka kecerdasan itu akan turun langsung dari langit dan membuatku mendadak cerdas ? Tidak kan ? itu hanya akan membuang-buang waktu saja dan tentunya menguras tenaga.

Aku masih sangat ingat saat salah satu temanku —aku tidak akan memberitahu namanya siapa *Itu privasi, berkata kalau aku lebih lambat dalam menyerap pelajaran daripada saudaraku. Aku tahu dia benar dan aku tidak marah akan perkataannya itu. Tapi entah mengapa saat dia mengatakan itu, hatiku rasanya seperti ditikam pisau tajam. Sakit ? Bukan main sakitnya.

Setelah kejadian itu, aku jadi mengerti kenapa dulu salah satu temanku tidak pernah bertanya padaku saat dia kesulitan mengerjakan soal pelajaran tapi dia bertanya pada saudaraku — karena aku bodoh. Alasannya simple. Aku seperti manusia yang tidak berguna untuk orang disekelilingku.

Sejak saat itu, aku akan sangat malu jika mendapat nilai dibawah saudaraku —tapi apa daya, otakku tidak pernah berfungsi dengan baik. Aku hidup dalam kebosanan. Mungkin orang yang melihatku akan berpikir kalau aku ini tidak punya masalah besar, padahal mereka salah besar. Aku berusaha tetap tersenyum walau sebenarnya hatiku sakit. Kadang aku menangis diam-diam, entah karena alasan apa. Aku hanya ingin menghibur diriku sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Hampir tidak pernah ada hari yang special bagiku, semuanya terkesan datar dan hambar. Bangun tidur, terburu-buru menuju ke sekolah, belajar dimalam hari dengan terkantuk-kantuk karena kadang pulang terlalu sore, lalu bergegas tidur jika mata sudah tinggal 1 watt. Yah, kira-kira itulah kehidupan sehari-hari yang aku jalani selama ini. Datar kan ?

Tapi…

Semua berubah setelah kedatangan seseorang dalam mimpiku. Dia asing bagiku. Tapi detik berikutnya aku tahu siapa dia. Aku memang tidak pernah mengenalnya, tapi aku pernah melihatnya. Aku heran, aku tidak pernah memikirkan orang itu selama ini, tapi kenapa dia datang di mimpiku ?

Kau…
Telah mengubah hidupku…
Lebih berwarna.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Miss Romances Book Published @ 2014 by Ipietoon