“Menjadi relawan
perang bersama tentara Muslim bukanlah pilihan yang buruk. Berperang di jalan
Allah, membela saudara-saudara yang lemah adalah surga, bukan ?” (Hal. 65)
Judul : CRAZIMOLAZY
Nama Penulis : Lonyenk Rap
Editor : Th. Arie Prabawati
Setting : Alek
Desain Cover : dan_dut
Korektor : Thomas Pribadi
Penerbit : Sheila
Tanggal Terbit : 2013
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-979-29-3966-8
Novel
super kocak. Dikemas dalam kadar kekonyolan yang kental.
Tidak
–atau belum- mengecap bangku kuliah bukanlah akhir dari segalanya. Menjadi
pengangguran selama menunggu tes masuk PTN tahun depan bukanlah aib paling
kotor sedunia. Setidaknya masih banyak hal-hal yang bisa dilakukan (konyol
sekali pun) untuk mengisi dan membunuh kekosongan waktu dengan hal-hal yang
menyenangkan, setidaknya untuk diri sendiri.
Kadang
kala melakukan hal-hal yang jauh dari kata bermanfaat bikin hati menjadi luar
biasa senang. Walaupun untuk itu harus dimusuhi sama separuh makhluk di planet
Bumi ini, tak terkecuali sama keluarga sendiri.
Selamat
datang di dunia penuh canda sarkastik yang dikemas dalam novel bergenre komedi
“CrazIMOlazy” yang akan membawa pembaca mengerti bahwa tak selamanya jadi
pengangguran itu menyakitkan.
“CrazIMOlazy”
adalah ungkapan untuk menggambarkan betapa gila dan malasnya seorang anak
manusia bernama Imo. Bersama Irwan, sahabat sehidup sematinya, mereka menyusuri
waktu pasca lulus SMU dengan kegiatan-kegiatan yang jauh dari kata bermanfaat,
setidaknya di mata para ortu.
Dari
kacamata orang tuanya, Imo adalah sosok anak yang malas dan hanya menggunakan
waktunya untuk bermain-main. Selain itu dia kerap (mencur-curi) merokok hingga
membuat orang tuanya berang. Kalau disuruh mengerjakan sesuatu, pasti
kerjaannya nggak bakal beres. Itulah Imo, cowok anti sinetron yang selalu
‘berantem’ sama seisi rumah karena rebutan nonton teve.
“CrazIMOlazy”
menyajikan cerita-cerita konyol yang dialami Imo dan Irwan yang akan membantu
para pembaca tak hanya terpingkal-pingkal tapi juga membuat para penggangguran
menjadi merasa tidak sendiri. Dilarang keras menyimak buku ini dengan serius,
karena akan membuat Anda stress. Baca, nikmati, dan tertawalah karena
“CrazIMOlazy” novel pop komedi yang smooth, tajam, sekaligus menghibur.
Hay
guys *hehe, saya comeback lagi nih^^
Masih
semangat menyimak review dari saya kan ? Masih kuat (?) juga kan ?
*Hah,
maksudnya o.O
Okay,
abaikan kata yang terakhir guys hehehe.
Kali
ini saya akan me-review buku terbitan Sheila Book Fiction, imprint fiksi dari
Penerbit ANDI yang berjudul CRAZIMOLAZY
. Oiya, ada yang menarik saat saya membaca buku ini karena saya bisa melahap
habis (?) semua isinya hanya dalam kurun waktu kurang dari sehari hehehe, ini
adalah rekor pertama saya. Belum pernah saya sampai menyelesaikan dalam membaca
buku kurang dari satu hari, paling goal
biasanya satu hari.
Sebelum
me-review buku ini, Pertama-tama saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada Sheila Book Fiction dan Penerbit ANDI yang sudah memberikan buku CRAZIMOLAZY
ini kepada saya dalam minigame 9 yang diadakan oleh Sheila Book Fiction. Awalnya sempet nggak kepikiran bakal
menang, bahkan saya sempat lupa kalau saya mengikuti giveaway itu *Pikun kumat.
Tapi berkat teman saya yang juga ikutan *tapi saya lebih beruntung,
alhamdulilah saya menang *Yeyyy \(^-^)/
CRAZIMOLAZY menceritakan kehidupan sehari-hari seorang anak bernama
Reggaerimo Putra atau lebih akrab disapa Imo. Seorang anak yang paling
menyebalkan dan pemalas plus biang
masalah menurut para penghuni rumah. Imo menganggap seluruh keluarganya adalah
kaum feminis.
Kakaknya,
Wina yang dianggapnya memiliki gaya sok tua dan membuatnya muak serta memiliki
suara yang cempreng. Salah satu makhluk penghuni rumah yang nggak pernah
mengakui keeksisan Imo di dunia ini.
“IMOOO…?
Kirain anak AYAM ? Masuk ke rumah kok, nggak kasi SALAM?” suara Wina seketika
membelah jagat raya
(Hal.14)
Ibunya
—mengharuskannya menjadi Produk Nomor Satu. Anak yang baik. Harus bangun jam 5
pagi, sholat shubuh dan bantu bersih-bersih, minimal menyapu sampah yang ada di
pekarangan belakang rumah. Terus-terusan menceramahinya dari subuh sampai ke
subuh yang sekuelnya masih sama sampe sekarang, bersambung terus-menerus
seperti sinetron Citra Fitri ketika Imo berbuat secuil kesalahan.
“Selama
ini Mama selalu wanti-wanti sama kamu, kan ? Apa kamu nggak sadar. Kalau sampai
rumah ini terbakar kamu mau kita tidur di kolong jembatan?” (Hal. 59)
Ayahnya
—penguasa absolut. Otoriter sejati di rumah. Pemarah plus akan menyuruhnya
mencuci mobil kijang butut sepanjang masa jika dia ketahuan merokok.
“Dasar,
anak bandel! Baru saja sampe udah keluyuran lagi! JANGAN PULANG SEKALIAN!” (Hal. 125)
Nenek—
Imo merasa neneknya dan Wina diciptakan dari gen dan kromosom yang sama.
Karakter mereka mirip tiada banding. Hanya berbeda beberapa ratus tahun saja.
“Siapa
dia?” tanya Nenek dengan wajah datar sambil menunjukku. (Hal.18)
Elsi
—satu-satunya makhluk di rumah yang nggak pernah –atau belum- mengintimidasi
Imo secara psikis.
“Nyucinya
yang bersih yaaa…”
“Jangan
cuma body luarnya saja, Mo. Karpet di dalamnya juga, tuh!”
“Iya.
Abis kita baru dari salon sih, kemarin. Menicure.”
“Kalo
capek minum dulu, sana. Ntar gempor, lho!”
“Hihihi…” (Hal.130)
Satu-satunya
sahabat Imo adalah Irwan, sobat paling solid yang ganteng tapi korengan. Kedua
betis temannya itu penuh dengan sekrup alias totol-totol bekas noda koreng masa
kecil.
“Sori Mo, motorku tiba-tiba nggak
bisa distarter,”
Aku diam
“Lalu kubawa ke bengkel terdekat,
mau cuci karburator.”
Aku melengos
“Mau sms pulsaku cekak.”
Aku mendengus
“Mana spoonnya? Sini aku bantuin!”
Aku pun tersenyum lebar. (Hal. 104)
Bersama
Irwan, Imo melakukan kegiatan-kegiatan tidak bermanfaat setelah sebelumnya
mereka berdua gagal masuk ke PTN. Bukannya meradang, sebalikanya Imo sangat
senang. Setelah bertitel Pengangguran, pekerjaannya hanya nongkrong di teras
samping rumah dan mencuri-curi untuk menghisap rokok.
Kehidupannya
Imo begitu kompleks. Walaupun dia anak laki-laki satu-satunya di rumah, tetapi
dia sama sekali tidak mendapatkan prioritas istimewa. Menonton tv saja dijatah.
Kerap kali dia berebut tv dengan para Perkumpulan Sinetron Mania.
Belum
lagi kisah percintaannya dengan Vanny yang terbilang membingungkan —sebenarnya
tidak membingungkan banget sih.
Buku
ini menceritakan kisah sehari-hari seorang anak yang menginjak remaja. Imo bisa
dibilang sangat mirip dengan kalangan para remaja zaman sekarang. Buku ini
sangat bermanfaat bagi saya khususnya —Hmm, karena saya juga akan mengalami hal
sama dengan yang tokoh Imo dalam buku ini. Sebentar lagi saya juga akan lulus
dari bangku SMK. Bedanya saya berharap tidak punya titel pengangguran seperti
yang disandang Imo *hehe.
Secara
keseluruhan, novel ini bagus. Gaya bahasanya ringan dan renyah. Ada banyak
hikmah yang saya petik dari buku ini. Aku suka banget sama Covernya,
menyimpulkan semua isi dalam buku. Walaupun ada sedikit kekurangannya juga sih.
Sebenarnya masih dapat ditolerir karena hanya sedikit typo yang saya temukan.
Tapi
anehnya saya kurang bisa tertawa ngakak waktu membacanya *mungkin karena
terlalu serius kali ya! Ya, ada sih beberapa bagian yang akhirnya membuat saya
tertawa, walau nggak kenceng-kenceng amat dan nggak pake megang perut segala.
Saya
punya kesamaan dengan Imo #Hehe. Paling anti dengan yang namanya Sinetron.
Kata-kata Imo yang sedikit menyindir Sinetron menurut saya memang ada benarnya.
“Ide cerita yang dipaparkan terlalu
dipaksakan, esensi dari sebuh cerita sinetron jadi kabur dan cerita sinetron
yang kebanyakan terkesan dangkal itu selalu diulur-ulur jadi puluhan episode.” (Hal. 109)
“Nonton sinetron adalah hal yang
paling mengerikan dalam hidupku setelah amarah Papa tentunya.” (Hal.104)
“Bukankah cinta tak mengenal masa ?” (Hal. 126)
“Manusia memang nggak bisa
menghindari takdir.” (Hal.
129)
0 komentar:
Posting Komentar