“Betapa sakitnya saat
orang yang kita cintai, ternyata mencintai yang lain.” (hlm. 130)
Judul : Hurt
Nama Penulis : Heri Putra @Tweetnesian
Penyunting : Andri Agus Fabiamto @andri_NasTAR
Penata Letak : Wie
Desain Sampul : Oxta Estrada @oktaestrada
Penerbit : WahyuMedia
Tanggal Terbit : 2013
Edisi : Cetakan Keempat
ISBN : 978-979-795-726-1
Tubuh
ini akan musnah pada waktunya. Apa pun yang terlihat oleh mata, akan tiada.
Tapi, tidak untuk cinta. Cinta tidak bisa dilihat, cukup dirasakan. Jadi, kalau
sekarang menangis, berarti kamu mencintai fisikku. Kalau kamu mencintai hatiku,
aku akan kekal bersamamu.”
Ya,
aku tahu kalau mencintai hati akan kekal di hati pula.
Dan
itu tidak terjadi kalau aku mencintai fisik.
Lalu,
bagaimana aku bisa bahagia?
Apa
yang harus kulakukan untuk menghibur hati ini?
Adakah
cara lain untuk aku bisa mencicipi cinta?
Mungkin
dia bisa mengobati hati ini.
***
“Baru
pertama kalinya gue nangis sesenggukkan baca novel romance. Pas Malik harus ninggalin Nabila untuk selamanya. Dan
Nico, argghhhh. Bener-bener ngaduk perasaan.” —@vjheru93 (Penulis buku best seller SM Entertainment Salah Gaul
dan Damn! I Love SM Entertainment Salah Gaul 2)
“Cerita
dalam novel HURT ini bikin hati gue tersayat-sayat sekaligus kagum dengan tokoh-tokohnya.
Amazing.” —@kiekie03_ (Penulis buku best seller Aku Jujur 1 dan 2, creator
akun @aku_jujur)
Hurt mengisahkan tentang seorang cewek manja bernama Nabila yang
menyukai tokoh Malik Alfiqri —anak kelas 12-IPS-1, sementara sahabatnya sendiri
Nico Massone —pria berkulit putih, berhidung mancung dengan mata yang cokelat
keturunan bule, diam-diam juga menyukai Nabila. Dan satu lagi sahabat Nabila, Laura
Pricillia yang juga ternyata menyukai Nico —si cowok bule. Hmm… bisa dibilang
ini cerita cinta segi empat antara sahabat.
Tapi
bagi Nabila, Nico hanya dia anggap sebagai sahabat saja, walaupun perasaan suka
terhadap Nico kadang muncul, namun Nabila mencoba untuk membuang jauh-jauh
pikirannya itu dari otaknya. Karena Nico selalu memperlakukan perempuan dengan
manis, dan ya kadang orang salah mengartikan perhatiannya itu.
Sampai
akhirnya, Malik menyatakan cinta pada Nabila. Dan juga tentang masalah yang di
sembunyikan oleh Malik terhadap Nabila.
Ide
ceritanya sudah umum, cinta segitiga anak SMA. Walaupun begitu, saya sangat
mengharapkan lebih dari sekedar cinta-cinta biasa. Tapi, saya tidak menemukan
konflik atau klimaks dari ceritanya. Ceritanya kurang greget, padahal saya menantikan greget-nya
itu.
Dilihat
sekilas saja, desain sampul bagian depannya lumayan bagus dan cukup
menggambarkan petunjuk isi novel. Saya kepincut
buat beli novel ini karena cover depannya dan juga Book Blurd-nya yang cukup
membuat saya penasaran. Deskripsi untuk karakter Nabila, Malik, Nico dan Laura juga lumayan ditonjolkan, tapi ceritanya
biasa-biasa saja.
Banyak sekali adegan-adegan yang
sebenarnya tidak terlalu penting untuk dipublis. Bagian Prolog sampai empat bab
selanjutnya, menceritakan keseluruhan kegiatan hari itu yang menurut saya tidak
penting, padahal mungkin jika cerita itu dipangkas dan diganti, mungkin akan
lebih baik lagi.
Untuk setting tempatnya, saya rasa belum
cukup dieksplor. Kurang ada keterangan yang benar-benar membuat novel ini
menjadi terasa benar-benar nyata bagi saya. Dan saya kurang bisa masuk alur
ceritanya.
Untuk kekurangannya masih masalah typo. Masalah yang umum di dalam dunia penerbitan.
Dan dalam novel ini saya menemukan banyak
typo dan ini membuat saya benar-benar kecewa. Typo menurutku hal yang wajar
lah, penulis/penerjemah/editor juga manusia. Tapi lebih baik lagi kalo typo itu
gak ada, dieliminiasi seminimal mungkin!
Bagaimana pun, typo itu turut andil
dalam penilaian pembaca terhadap kualitas penerbit, penulis, penerjemah, dan
editor loh. Jika typo hanya ada di 10 halaman pertama atau halaman-halaman
tertentu tapi nggak banyak, saya bisa memaklumi. Tapi yang ini, hampir di
setiap halaman selalu ada, dan mengganggu atmosfer yang dibangun oleh saya
ketika membaca. Yang tadinya konsentrasi tiba-tiba buyar gara-gara menebak kata
apa yang dimaksud sebenarnya.
Just my two cents ya. Sekalian curhat
mengenai typo yang akhir-akhir ini sering banget aku temuin di buku-buku yang
aku baca saat ini. Semoga dengan pertanyaan seperti ini, para penerbit bisa
lebih memperhatikan. seperti contoh :
“Gimana nasi gorengnya? Enak? Sama seperti biasanya,
kan? Mama baru ingat kalau tadi, mama lupa kasih garam,” kata ibunya sambil menyuap
nasi goring ke mulutnya. (hlm. 05)
Menyuap? Rasanya nggak pas. Bukankah seharusnya
menyuapkan?
Itulah yang membuat Nabila mundur. Nabila tidak ingin teperangkap
cinta yang rumit dan tidak jelas. (hlm. 20)
Nah, ada yang salah kan di kalimat diatas ? Adakah
yang tahu?
Kata ‘teperangkap’ seharusnya kan ‘terperangkap’? walaupun
sepele, tapi bikin kesel juga.
Tanpa terasa, sudah lima belas menit Nabila dan nico
berjalan Percakapan berhasil meneduhkan mereka dari sengatan lidah sang
mentari. (hlm. 40)
Seharusnya setelah kalimat berjalan, ada tanda
penghubung yaitu titik (.)
Tak jauh terdengar, suara mesin mobil mendekat. (hlm.
58)
Lagi-lagi
kesalahan tanda penghubung. Seharusnya koma (,) diletakkan setelah kata jauh.
Karena akan beda arti jika diletakkan dibagian setelah kata ‘terdengar’
Beberapa waktu kemudian, Nabila dan Malik sudah di
balkon rumah. Kami tersenyum dan berpegangan tangan menatap hujan. (hlm.
125)
Bukankah
kalimat yang saya garis bawahi lebih mengacu pada kata ganti orang pertama, aku
dan kamu, bukan kata ganti orang ketiga.
Laura terlebih dulu duduk di
kurisnya terlebih dahulu sebelum Nabila dan Nico datang. (hlm. 135)
Mugkin ada baiknya kata yang saya
garis bawahi dihapus saja, jadi nggak double sama yang pertama.
“Sebenarnya
Malik pernah menceritakan rahasianya sama gue. Rahasia yang bahkan Nabila tidak
ketahui. (hlm. 138)
Hayo ada yang tahu kesalahannya
dimana?
Tanda petik (“) dibagian belakangnya
nggak ada.
Itu sebagian kecil dari typo yang
ada, sebenarnya masih ada banyak, tapi saya hanya mengambil contohnya saja.
Beberapa
kalimat ‘ajaib’ yang saya temukan dalam buku ini :
1. Kenyamanan
tidur Nabila dibangunkan oleh kegaduhan tetes demi tetes bising air hujan yang meronta
ganas di atap kamar. (hlm. 01)
Meronta ganas? What?
Sebaiknya sih meronta ganasnya diganti dengan kalimat yang
lebih pas
kali ya! Kesannya agak nggak enak dibaca, apalagi itu masih halaman pertama.
Tetes demi tetes air hujan kan nggak ganas-ganas amat ya! Kalau badai hujan
sih, mungkin kalimat yang saya garis bawahi ada benarnya.
2. Matanya
mulai terfokus pada sebuah pohon tinggi dan rindang. Ya, menikmati drama
hujan pagi ini. (hlm. 02)
Drama hujan, satu kali mungkin masih enak dibaca, tapi
kalau udah dua kali sampai tiga
kali, hmm..
kayaknya nggak pas deh! Terlalu gimana gitu.
3. “Pagi, Ma!
Buat nasi goreng sosis mentega kesukaanku, ya?” sapa Nabila sambil menggandeng
tangan kiri ibunya.
“Pagi putri kecil. Kalo malam hari
menjelma menjadi seorang putri. Tapi, pagi harinya
berubah menjadi seekor singa,” sambut
ibunya dengan candaan. (hlm. 04)
Bukahkah ada yang aneh pada dialog diatas ?
Kenapa mama
Nabila menjawab dengan kalimat seperti itu. Kalau kita logika, itu nggak
masuk akal
akan? Nabila tanya apa, ibunya jawab gimana.
4. Nabila hidup
berdua dengan ibunya, tanpa ada sosok pria kuat yang yang jadi pelindung
keluaraga. Ayahnya, Zainal, sudah tiada. Ia mengalami kecelakaan ketika pulang
dari kantor. Usia Nabila kurang lebih satu tahun ketika itu. Ironis (hlm. 04)
Kesalahan pertama yaitu terdapat double ‘yang’ dan
yang kedua adalah kata ironis.
Menurut saya
kurang tepat, mungkin kata ‘ironis’ lebih tepat jika diganti kata ‘tragis’
5. Apakah
Nabila tergelincir ke dalam teori cinta pada pandangan pertama?
Entahlah.
Pemilihan
katanya nggak enak dibaca. Kurang pas dan terkesan gimana gitu.
6. Teet-teet-teet,
tiga kali bel sekolah berbunyi. Terdengar di setiap sudut-sudut sekolah. Pak
Warsito pun bergegas membereskan buku-buku yang berada di meja dan meninggalkan
kelas tanpa tugas yang diwariskan. (hlm. 18)
Mungkin diwariskan bisa diganti dengan kata yang lebih
pantas. Kata diwariskan
menurut saya
lebih pada warisan harta, bukan warisan ‘tugas’ ya!
7. Beberapa
kali Nabila membasuh keringat yang ada di wajahnya. (hlm. 40)
Hah? Membasuh?
Maksudnya apa nih? Masak Nabila membasuh sih, keringat
lagi. Nggak nyambung
banget.
Kalau menyeka keringat yang ada di wajahnya, lebih wajar. Dan kata
‘membasuh’ lebih dari tiga kali saya menemukannya, dan membuat saya merasa ngregetan sendiri.
8. Tak lupa
topi berwarna merah sudah menggelayut di kepalanya. (hlm. 44)
Menggelayut,
kayak monyet aja *hehe. Hmm, mending diganti bertengger, lebih bangus
kalau
menurut saya.
9. Usai melahap
habis jalan setapak. Ada pemandangan yang mengenyangkan mata. (hlm.
116)
Melahap
habis jalan dan mengenyangkan, kalimat-nya kurang pas. Kenapa saya merasa
dalam novel
ini setiap katanya dibuat agak berlebihan ya! Yang membuat saya agak nggak
nyaman juga.
Overall, saya menikmati perjalanan cinta segi empat
Nabila, Malik dan Nico serta Laura.
Satu dari lima bintang untuk buku ini. Mungkin
keliatan pelit ya! Tapi mau gimana lagi. Cuma cover sama Book Blurd-nya aja yang bagus *hehe.
0 komentar:
Posting Komentar