“Tak ada waktu untuk
orang-orang tercinta saat mereka masih memiliki waktu untuk kita.” (Hal. 15)
Judul : Andai Aku Jalan Kaki, masihkah kamu selalu ada
untukku ? (Edisi Plus-Plus)
Nama Penulis : @edi_akhiles
Editor : Elis Widayanti
Tata Sampul : Ruri Hefni
Tata Isi : Bambang
Pracetak : Wardi
Penerbit : Laksana
Tanggal Terbit : Juli 2013
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-279-020-4
“Aku
‘kan selalu ada untukmu, Sayang, aku nggak bisa hidup tanpamu…”
GubRaakkk…!!
Aku
terjungkal. Sucikah bisikan itu? Jangan-jangan karena aku tajir, mapan, keren,
pintar, atau populer? Apakah engkau masih akan selalu ada untukku andai aku
hanya jalan kaki, dengan tubuh tanpa bvlgari, dan dompet isi seribu?
Andai
aku jalan kaki, di bawah terik matahari, bermandi keringat, menahan lapar,
bertubuh dekil nan buluk, dengan dompet kempes yang tak bisa untuk beli sebuah
air kemasan gelas, akankah kau, kau, kau, yang kini tersenyum padaku, menyentuh
lenganku, mendengarkanku, tetap mau menyapaku, tersenyum padaku, menyentuh
lenganku, merangkulku, memelukku, menciumku, dan menganggapku manusia?
Bukan
hanya soal ketulusan cinta dan pesona berlian, juga tentang rahasia pilihan
hidup, makna komitmen, chemistry pasangan hidup, tajamnya mulut, hingga arti
kematian, disuguhkan dalam kisah-kisah popcorn yang begitu renyah dan menyentuh
hati, berbumbu jenaka tajam, satire, bentakan, dalam bentangan padang savanna
makna kebajikan yang tak bertepi. Mudah dibaca sekali duduk di mana saja,
sebutlah busway, bahkan secara terpisah-pisah, serial popcorn ini menggasak
ruhani terdalam setiap kita tentang siapa gerangan sesungguhnya aku, engkau, dan
dia, dalam hiruk-pikuk kehidupan ini.
Annyeong
Chingudeul^^
Masih
pada semangat kan mengikuti kegiatan review buku dari saya ? *Pastinya nggak pada
mau ketinggalan ya! #Kepedean hahaha….
Kali
ini saya akan me-review buku dari penulis yang sebelumnya yaitu @edi_akhiles
dengan judul Andai aku jalan kaki, masihkah kau selalu ada untukku ?
Buku
ini saya temukan juga sama seperti buku lainnya, yaitu setelah ngubek-ngubek
(?) bazar di kota saya. Awalnya nggak ada niatan beli buku sih di bazar itu,
tapi setelah keliling lebih dari lima kali, akhirnya nemu buku ini diantara
berpuluh-puluh buku lainnya yang tumpah tindih tidak beraturan dirak.
Buku
Andai
aku jalan kaki, masihkah kau selalu ada untukku ? Ini menyuguhkan cerita-cerita
Popcorn kehidupan si penulisnya mungkin. Agak ragu juga sih, apa seluruh
cerita yang disajikan itu milik si penulis atau hanya sebagian besar. Di dalam
buku ini terdapat 19 judul cerita. Tapi saya akan sedikit membocorkan sebagian
saja, tidak semuanya ya! Nggak akan asik soalnya kalau saya membocorkan semua
isi ceritanya.
Cerita
pertama berjudul Andai aku jalan kaki, masihkah kau
selalu ada untukku ?
isi ceritanya lebih kepada perenungan diri,
bagaimana jika akhirnya tidak lagi kaya, tabungannya tidak lagi membludak,
tidak lagi wangi, tidak memiliki rumah mewah, mobil-mobil premium, arloji mewah
setara gaji guru setahun penuh, masihkah kalian (orang-orang yang dulu selalu
ada untuknya) tersenyum manis dan mendengarnya, tetap mau menyapanya, tersenyum
padanya, menyentuh lengannya, merangkulnya, memeluknya, menciumnya dan
menganggapnya manusia?
“Pohon, kalau masing rindang
daunnya, semua orang ingin berteduh di bawahnya. Namun jika sudah meranggas,
rontok daunnya, jangankan berteduh, bahkan semua ingin menebangnya, setidaknya
untuk dijadikan kayu bakar…” (Hal. 16)
Cerita
kedua berjudul Saat Kucium Kening Beku Nenek… (In
Memoriam Nenekku Jember) jika di cerita sebelumnya mengarah pada
perenungan diri, kalau di cerita ini, penulis menyuguhkan sebuah cerita
penyesalan. Bagaimana seseorang yang mencintai kita harus meninggalkan kita
untuk selamanya. Ya, perasaan sesal yang mendera menguliti begitu sempurna.
“Sungguh, lantaran kita menganggap
kasih sayang, hubungan erat, dan perhatian mereka bisa kita dapatkan kapan
saja, kita menjadi terbiasa untuk membelakangkan mereka.” (Hal. 25)
Cerita
kembali berlanjut, judul ketiga dari buku ini Kok Berat Banget Ya
Minta Maaf ? disini,
penulis menyuguhkan cerita persahabat. Yupp, pasti pada tahu kan kearah mana
maksud saya ? Kesalahpahaman. Ego yang terlalu ditonjolkan ya akhirnya membuat
kesadaran seseorang sedikit goyah. Tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain
dan hanya berasumsi bahwa pemikirannya benar yang akan menumbuhkan
kesalahpahaman.
“Persahabatan yang begitu manis
selama ini telah kubunuh hanya untuk memuaskan egoku! Ego yang selama beberapa
hari ini sungguh mengacak-acak kenyamanan hidupku sebagai manusia.” (Hal. 36)
Cerita
kembali bersambung dengan judul Saat Hidup Hanya
Memberiku Dua Pilihan.
Cerita yang menyuguhkan bagaimana peliknya mengambil sebuah pilihan di saat
hidup hanya memberikan dua pilihan diamentral, berlawanan, bertabrakan, seperti
itu.
“Ada harga yang harus kita bayar
untuk setiap keputusan dan pilihan. Mahal atau murahnya harga itu tergantung
pada hasil kalkulasi “untung rugi” kita dan orientasi hidup mana yang kita
ambil.” (Hal. 47)
“Kita lebih suka memilih kebahagiaan
sekejap ketimbang kebahagiaan jangka panjang.” (Hal. 51)
Buku
ini seperti mencerminkan kehidupan saya. Semua permasalahan yang disajikan buku
ini tepat mengenai hati saya, membuat saya kembali menegok satu tahun lalu.
Disaat nenek saya juga harus pergi meninggalkan saya. Dan apa yang saya lakukan
juga sama seperti yang ada dalam judul Saat Kucium Kening
Beku Nenek… (In Memoriam Nenekku Jember) tapi kalau versi saya, saya belum sempat mencium kening
nenek karena sudah terlanjur lemas duluan *hehe jadi curhat deh.
Ada
dua cerita di dalam novel ini yang membuat bingung. Wonder
Women dan Dengarkan Aku!
Bukan karena alur ceritanya tetapi karena tokohya. Disebutkan dalam Wonder
Women, tokoh perempuan bernama Samantha
sangat mulia dan selalu patuh terhadap suaminya. Tapi dalam judul Dengarkan
Aku!
Hal. 167, tokoh mengatakan “Semoga yayangku, Samantha yang sms,”
gumamku. Hah ? Ini maksudnya apa ? Mungkin sepela ya! Tapi para pembaca pasti
juga akan bingung membacanya —termasuk saya dan teman saya yang juga membaca
buku ini.
Apa
memang Wonder
Women dan Dengarkan Aku!
Punya hubungan alias cerita sambungan begitu ? Entahlah. Akan lebih baik
jika nama tokoh dalam setiap cerita itu berbeda, sehingga tidak akan
membingungkan para pembaca.
Selain
itu, secara keseluruhan cukup baik. Walaupun ada typo, tapi masih dalam taraf
yang bisa saya toleransi lah. Bahasanya juga lebih baik dibandingkan CEO
KOPLAK!!! Tahu sendiri kan kalau saya kurang suka bahasa “Lo, Gue.”
Beda
dengan buku yang cetak pertama kali, covernya dibuat berbeda dari yang
sebelumnya. Lebih cerah dan terkesan enak dipandang —bukan maksud saya cover
sebelumnya nggak enak dipandang ya! Tapi saya lebih menyukai cover yang baru.
Nah pasti pada bingung kenapa judulnya Andai
aku jalan kaki, masihkah kau selalu ada untukku ? versi plus-plus ?
Karena dalam edisi ini disertai dengan
beberapa tambahan note baru yang belum ada di edisi lama dan juga diberi bonus
berupa #SilabusMenulisFiksi. Wihh.. banyak plus-plusnya ya! Siapa coba yang
nggak suka ? hehe.
Dalam
buku ini banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Tentang bagaimana kita
harus memanfaatkan waktu yang tersisa untuk membahagikan mereka yang ada
disekitar kita. Bagaimana bertindak dengan tidak mengandalkan ego, bagaimana
mengambil pilihan jika hanya diberi dua pilihan. Bagaimana kita harus
mensyukuri apapun yang diberikan Tuhan pada kita, dan tidak mengubahnya karena
itu artinya kita tidak bersyukur dengan apa yang kita miliki. Dan bagaimana
tidak menyia-nyiakan orang yang kita cintai, sebelum dia meninggalkan kita.
“Setiap cinta akan punya ruangnya
sendiri, rumahnya sendiri, di kedalaman hati setiap manusia. Sebab, setiap
cinta memang tak sama, tak pernah sama.” (Hal.65)
“Manusia memang tak pernah menyesal
sebelum kejadian, bahkan kendati sangat sadar risiko yang bisa menimpa jika
tetap dilakukan……” (Hal.
134)
“… Suasana hati akan mempengaruhi
rasa yang hadir, kemudian rasa itu akan mengejawantah dalam rangka ekspresi
fisik yang mempengaruhi tampilan kita.” (Hal.162)
0 komentar:
Posting Komentar