Jumat, 21 November 2014

Review Andai Aku Jalan Kaki, masihkah kamu selalu ada untukku? (Edisi Plus-Plus)



“Tak ada waktu untuk orang-orang tercinta saat mereka masih memiliki waktu untuk kita.” (Hal. 15)


Judul : Andai Aku Jalan Kaki, masihkah kamu selalu ada untukku ? (Edisi Plus-Plus)
Nama Penulis : @edi_akhiles
Editor : Elis Widayanti
Tata Sampul : Ruri Hefni
Tata Isi : Bambang
Pracetak : Wardi
Penerbit : Laksana
Tanggal Terbit : Juli 2013
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-279-020-4


“Aku ‘kan selalu ada untukmu, Sayang, aku nggak bisa hidup tanpamu…”
GubRaakkk…!!
Aku terjungkal. Sucikah bisikan itu? Jangan-jangan karena aku tajir, mapan, keren, pintar, atau populer? Apakah engkau masih akan selalu ada untukku andai aku hanya jalan kaki, dengan tubuh tanpa bvlgari, dan dompet isi seribu?
Andai aku jalan kaki, di bawah terik matahari, bermandi keringat, menahan lapar, bertubuh dekil nan buluk, dengan dompet kempes yang tak bisa untuk beli sebuah air kemasan gelas, akankah kau, kau, kau, yang kini tersenyum padaku, menyentuh lenganku, mendengarkanku, tetap mau menyapaku, tersenyum padaku, menyentuh lenganku, merangkulku, memelukku, menciumku, dan menganggapku manusia?
Bukan hanya soal ketulusan cinta dan pesona berlian, juga tentang rahasia pilihan hidup, makna komitmen, chemistry pasangan hidup, tajamnya mulut, hingga arti kematian, disuguhkan dalam kisah-kisah popcorn yang begitu renyah dan menyentuh hati, berbumbu jenaka tajam, satire, bentakan, dalam bentangan padang savanna makna kebajikan yang tak bertepi. Mudah dibaca sekali duduk di mana saja, sebutlah busway, bahkan secara terpisah-pisah, serial popcorn ini menggasak ruhani terdalam setiap kita tentang siapa gerangan sesungguhnya aku, engkau, dan dia, dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. 


Annyeong Chingudeul^^
Masih pada semangat kan mengikuti kegiatan review buku dari saya ? *Pastinya nggak pada mau ketinggalan ya! #Kepedean hahaha….
           
Kali ini saya akan me-review buku dari penulis yang sebelumnya yaitu @edi_akhiles dengan judul Andai aku jalan kaki, masihkah kau selalu ada untukku ?

Buku ini saya temukan juga sama seperti buku lainnya, yaitu setelah ngubek-ngubek (?) bazar di kota saya. Awalnya nggak ada niatan beli buku sih di bazar itu, tapi setelah keliling lebih dari lima kali, akhirnya nemu buku ini diantara berpuluh-puluh buku lainnya yang tumpah tindih tidak beraturan dirak.

Buku Andai aku jalan kaki, masihkah kau selalu ada untukku ? Ini menyuguhkan cerita-cerita Popcorn kehidupan si penulisnya mungkin. Agak ragu juga sih, apa seluruh cerita yang disajikan itu milik si penulis atau hanya sebagian besar. Di dalam buku ini terdapat 19 judul cerita. Tapi saya akan sedikit membocorkan sebagian saja, tidak semuanya ya! Nggak akan asik soalnya kalau saya membocorkan semua isi ceritanya. 

Cerita pertama berjudul Andai aku jalan kaki, masihkah kau selalu ada untukku ?  isi ceritanya lebih kepada perenungan diri, bagaimana jika akhirnya tidak lagi kaya, tabungannya tidak lagi membludak, tidak lagi wangi, tidak memiliki rumah mewah, mobil-mobil premium, arloji mewah setara gaji guru setahun penuh, masihkah kalian (orang-orang yang dulu selalu ada untuknya) tersenyum manis dan mendengarnya, tetap mau menyapanya, tersenyum padanya, menyentuh lengannya, merangkulnya, memeluknya, menciumnya dan menganggapnya manusia?

“Pohon, kalau masing rindang daunnya, semua orang ingin berteduh di bawahnya. Namun jika sudah meranggas, rontok daunnya, jangankan berteduh, bahkan semua ingin menebangnya, setidaknya untuk dijadikan kayu bakar…” (Hal. 16)

Cerita kedua berjudul Saat Kucium Kening Beku Nenek… (In Memoriam Nenekku Jember)  jika di cerita sebelumnya mengarah pada perenungan diri, kalau di cerita ini, penulis menyuguhkan sebuah cerita penyesalan. Bagaimana seseorang yang mencintai kita harus meninggalkan kita untuk selamanya. Ya, perasaan sesal yang mendera menguliti begitu sempurna.

“Sungguh, lantaran kita menganggap kasih sayang, hubungan erat, dan perhatian mereka bisa kita dapatkan kapan saja, kita menjadi terbiasa untuk membelakangkan mereka.” (Hal. 25)

Cerita kembali berlanjut, judul ketiga dari buku ini Kok Berat Banget Ya Minta Maaf ? disini, penulis menyuguhkan cerita persahabat. Yupp, pasti pada tahu kan kearah mana maksud saya ? Kesalahpahaman. Ego yang terlalu ditonjolkan ya akhirnya membuat kesadaran seseorang sedikit goyah. Tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain dan hanya berasumsi bahwa pemikirannya benar yang akan menumbuhkan kesalahpahaman.

“Persahabatan yang begitu manis selama ini telah kubunuh hanya untuk memuaskan egoku! Ego yang selama beberapa hari ini sungguh mengacak-acak kenyamanan hidupku sebagai manusia.” (Hal. 36)

Cerita kembali bersambung dengan judul Saat Hidup Hanya Memberiku Dua Pilihan. Cerita yang menyuguhkan bagaimana peliknya mengambil sebuah pilihan di saat hidup hanya memberikan dua pilihan diamentral, berlawanan, bertabrakan, seperti itu.

“Ada harga yang harus kita bayar untuk setiap keputusan dan pilihan. Mahal atau murahnya harga itu tergantung pada hasil kalkulasi “untung rugi” kita dan orientasi hidup mana yang kita ambil.” (Hal. 47)

“Kita lebih suka memilih kebahagiaan sekejap ketimbang kebahagiaan jangka panjang.” (Hal. 51)

Buku ini seperti mencerminkan kehidupan saya. Semua permasalahan yang disajikan buku ini tepat mengenai hati saya, membuat saya kembali menegok satu tahun lalu. Disaat nenek saya juga harus pergi meninggalkan saya. Dan apa yang saya lakukan juga sama seperti yang ada dalam judul Saat Kucium Kening Beku Nenek… (In Memoriam Nenekku Jember) tapi kalau versi saya, saya belum sempat mencium kening nenek karena sudah terlanjur lemas duluan *hehe jadi curhat deh.

Ada dua cerita di dalam novel ini yang membuat bingung. Wonder Women dan Dengarkan Aku!  Bukan karena alur ceritanya tetapi karena tokohya. Disebutkan dalam Wonder Women, tokoh perempuan bernama Samantha sangat mulia dan selalu patuh terhadap suaminya. Tapi dalam judul Dengarkan Aku!  Hal. 167, tokoh mengatakan “Semoga yayangku, Samantha yang sms,” gumamku. Hah ? Ini maksudnya apa ? Mungkin sepela ya! Tapi para pembaca pasti juga akan bingung membacanya —termasuk saya dan teman saya yang juga membaca buku ini. 

Apa memang Wonder Women dan Dengarkan Aku!  Punya hubungan alias cerita sambungan begitu ? Entahlah. Akan lebih baik jika nama tokoh dalam setiap cerita itu berbeda, sehingga tidak akan membingungkan para pembaca.

Selain itu, secara keseluruhan cukup baik. Walaupun ada typo, tapi masih dalam taraf yang bisa saya toleransi lah. Bahasanya juga lebih baik dibandingkan CEO KOPLAK!!! Tahu sendiri kan kalau saya kurang suka bahasa “Lo, Gue.”

Beda dengan buku yang cetak pertama kali, covernya dibuat berbeda dari yang sebelumnya. Lebih cerah dan terkesan enak dipandang —bukan maksud saya cover sebelumnya nggak enak dipandang ya! Tapi saya lebih menyukai cover yang baru. Nah pasti pada bingung kenapa judulnya  Andai aku jalan kaki, masihkah kau selalu ada untukku ? versi plus-plus ?

 Karena dalam edisi ini disertai dengan beberapa tambahan note baru yang belum ada di edisi lama dan juga diberi bonus berupa #SilabusMenulisFiksi. Wihh.. banyak plus-plusnya ya! Siapa coba yang nggak suka ? hehe.

Dalam buku ini banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Tentang bagaimana kita harus memanfaatkan waktu yang tersisa untuk membahagikan mereka yang ada disekitar kita. Bagaimana bertindak dengan tidak mengandalkan ego, bagaimana mengambil pilihan jika hanya diberi dua pilihan. Bagaimana kita harus mensyukuri apapun yang diberikan Tuhan pada kita, dan tidak mengubahnya karena itu artinya kita tidak bersyukur dengan apa yang kita miliki. Dan bagaimana tidak menyia-nyiakan orang yang kita cintai, sebelum dia meninggalkan kita.


“Setiap cinta akan punya ruangnya sendiri, rumahnya sendiri, di kedalaman hati setiap manusia. Sebab, setiap cinta memang tak sama, tak pernah sama.” (Hal.65)
“Manusia memang tak pernah menyesal sebelum kejadian, bahkan kendati sangat sadar risiko yang bisa menimpa jika tetap dilakukan……” (Hal. 134)
“… Suasana hati akan mempengaruhi rasa yang hadir, kemudian rasa itu akan mengejawantah dalam rangka ekspresi fisik yang mempengaruhi tampilan kita.” (Hal.162)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Miss Romances Book Published @ 2014 by Ipietoon