Sabtu, 29 November 2014

Review Hurt



“Betapa sakitnya saat orang yang kita cintai, ternyata mencintai yang lain.” (hlm. 130)


Judul : Hurt
Nama Penulis : Heri Putra @Tweetnesian
Penyunting : Andri Agus Fabiamto @andri_NasTAR
Penata Letak : Wie
Desain Sampul : Oxta Estrada @oktaestrada
Penerbit : WahyuMedia
Tanggal Terbit : 2013
Edisi : Cetakan Keempat
ISBN : 978-979-795-726-1


Tubuh ini akan musnah pada waktunya. Apa pun yang terlihat oleh mata, akan tiada. Tapi, tidak untuk cinta. Cinta tidak bisa dilihat, cukup dirasakan. Jadi, kalau sekarang menangis, berarti kamu mencintai fisikku. Kalau kamu mencintai hatiku, aku akan kekal bersamamu.”
Ya, aku tahu kalau mencintai hati akan kekal di hati pula.
Dan itu tidak terjadi kalau aku mencintai fisik.
Lalu, bagaimana aku bisa bahagia?
Apa yang harus kulakukan untuk menghibur hati ini?
Adakah cara lain untuk aku bisa mencicipi cinta?
Mungkin dia bisa mengobati hati ini.
***
“Baru pertama kalinya gue nangis sesenggukkan baca novel romance. Pas Malik harus ninggalin Nabila untuk selamanya. Dan Nico, argghhhh. Bener-bener ngaduk perasaan.” —@vjheru93 (Penulis buku best seller SM Entertainment Salah Gaul dan Damn! I Love SM Entertainment Salah Gaul 2)
“Cerita dalam novel HURT ini bikin hati gue tersayat-sayat sekaligus kagum dengan tokoh-tokohnya. Amazing.” —@kiekie03_ (Penulis buku best seller Aku Jujur 1 dan 2, creator akun @aku_jujur)


Hurt mengisahkan tentang seorang cewek manja bernama Nabila yang menyukai tokoh Malik Alfiqri —anak kelas 12-IPS-1, sementara sahabatnya sendiri Nico Massone —pria berkulit putih, berhidung mancung dengan mata yang cokelat keturunan bule, diam-diam juga menyukai Nabila. Dan satu lagi sahabat Nabila, Laura Pricillia yang juga ternyata menyukai Nico —si cowok bule. Hmm… bisa dibilang ini cerita cinta segi empat antara sahabat.

            Tapi bagi Nabila, Nico hanya dia anggap sebagai sahabat saja, walaupun perasaan suka terhadap Nico kadang muncul, namun Nabila mencoba untuk membuang jauh-jauh pikirannya itu dari otaknya. Karena Nico selalu memperlakukan perempuan dengan manis, dan ya kadang orang salah mengartikan perhatiannya itu.
           
            Sampai akhirnya, Malik menyatakan cinta pada Nabila. Dan juga tentang masalah yang di sembunyikan oleh Malik terhadap Nabila.

Ide ceritanya sudah umum, cinta segitiga anak SMA. Walaupun begitu, saya sangat mengharapkan lebih dari sekedar cinta-cinta biasa. Tapi, saya tidak menemukan konflik atau klimaks dari ceritanya. Ceritanya kurang greget, padahal saya menantikan greget-nya itu.

            Dilihat sekilas saja, desain sampul bagian depannya lumayan bagus dan cukup menggambarkan petunjuk isi novel. Saya kepincut buat beli novel ini karena cover depannya dan juga Book Blurd-nya yang cukup membuat saya penasaran. Deskripsi untuk karakter Nabila, Malik, Nico dan  Laura juga lumayan ditonjolkan, tapi ceritanya biasa-biasa saja.

            Banyak sekali adegan-adegan yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk dipublis. Bagian Prolog sampai empat bab selanjutnya, menceritakan keseluruhan kegiatan hari itu yang menurut saya tidak penting, padahal mungkin jika cerita itu dipangkas dan diganti, mungkin akan lebih baik lagi.
  
            Untuk setting tempatnya, saya rasa belum cukup dieksplor. Kurang ada keterangan yang benar-benar membuat novel ini menjadi terasa benar-benar nyata bagi saya. Dan saya kurang bisa masuk alur ceritanya.
           
Untuk kekurangannya masih masalah typo. Masalah yang umum di dalam dunia penerbitan. Dan dalam novel ini saya  menemukan banyak typo dan ini membuat saya benar-benar kecewa. Typo menurutku hal yang wajar lah, penulis/penerjemah/editor juga manusia. Tapi lebih baik lagi kalo typo itu gak ada, dieliminiasi seminimal mungkin!

Bagaimana pun, typo itu turut andil dalam penilaian pembaca terhadap kualitas penerbit, penulis, penerjemah, dan editor loh. Jika typo hanya ada di 10 halaman pertama atau halaman-halaman tertentu tapi nggak banyak, saya bisa memaklumi. Tapi yang ini, hampir di setiap halaman selalu ada, dan mengganggu atmosfer yang dibangun oleh saya ketika membaca. Yang tadinya konsentrasi tiba-tiba buyar gara-gara menebak kata apa yang dimaksud sebenarnya.
Just my two cents ya. Sekalian curhat mengenai typo yang akhir-akhir ini sering banget aku temuin di buku-buku yang aku baca saat ini. Semoga dengan pertanyaan seperti ini, para penerbit bisa lebih memperhatikan. seperti contoh :

“Gimana nasi gorengnya? Enak? Sama seperti biasanya, kan? Mama baru ingat kalau tadi, mama lupa kasih garam,” kata ibunya sambil menyuap nasi goring ke mulutnya. (hlm. 05)
Menyuap? Rasanya nggak pas. Bukankah seharusnya menyuapkan?

Itulah yang membuat Nabila mundur. Nabila tidak ingin teperangkap cinta yang rumit dan tidak jelas. (hlm. 20)
Nah, ada yang salah kan di kalimat diatas ? Adakah yang tahu?
Kata ‘teperangkap’ seharusnya kan ‘terperangkap’? walaupun sepele, tapi bikin kesel juga.

Tanpa terasa, sudah lima belas menit Nabila dan nico berjalan Percakapan berhasil meneduhkan mereka dari sengatan lidah sang mentari. (hlm. 40)
Seharusnya setelah kalimat berjalan, ada tanda penghubung yaitu titik (.)

Tak jauh terdengar, suara mesin mobil mendekat. (hlm. 58)
 Lagi-lagi kesalahan tanda penghubung. Seharusnya koma (,) diletakkan setelah kata jauh. Karena akan beda arti jika diletakkan dibagian setelah kata ‘terdengar’

Beberapa waktu kemudian, Nabila dan Malik sudah di balkon rumah. Kami tersenyum dan berpegangan tangan menatap hujan. (hlm. 125)
 Bukankah kalimat yang saya garis bawahi lebih mengacu pada kata ganti orang pertama, aku dan kamu, bukan kata ganti orang ketiga.

            Laura terlebih dulu duduk di kurisnya terlebih dahulu sebelum Nabila dan Nico datang. (hlm. 135)
            Mugkin ada baiknya kata yang saya garis bawahi dihapus saja, jadi nggak double sama yang pertama.

            “Sebenarnya Malik pernah menceritakan rahasianya sama gue. Rahasia yang bahkan Nabila tidak ketahui. (hlm. 138)
            Hayo ada yang tahu kesalahannya dimana?
            Tanda petik (“) dibagian belakangnya nggak ada.

            Itu sebagian kecil dari typo yang ada, sebenarnya masih ada banyak, tapi saya hanya mengambil contohnya saja.

Beberapa kalimat ‘ajaib’ yang saya temukan dalam buku ini :

1.      Kenyamanan tidur Nabila dibangunkan oleh kegaduhan tetes demi tetes bising air hujan yang meronta ganas di atap kamar. (hlm. 01)
          Meronta ganas? What? Sebaiknya sih meronta ganasnya diganti dengan kalimat yang
lebih pas kali ya! Kesannya agak nggak enak dibaca, apalagi itu masih halaman pertama. Tetes demi tetes air hujan kan nggak ganas-ganas amat ya! Kalau badai hujan sih, mungkin kalimat yang saya garis bawahi ada benarnya.

2.      Matanya mulai terfokus pada sebuah pohon tinggi dan rindang. Ya, menikmati drama hujan pagi ini. (hlm. 02)
           Drama hujan, satu kali mungkin masih enak dibaca, tapi kalau udah dua kali sampai tiga
kali, hmm.. kayaknya nggak pas deh! Terlalu gimana gitu.

3.      “Pagi, Ma! Buat nasi goreng sosis mentega kesukaanku, ya?” sapa Nabila sambil menggandeng tangan kiri ibunya.
“Pagi putri kecil. Kalo malam hari menjelma menjadi seorang putri. Tapi, pagi harinya
      berubah menjadi seekor singa,” sambut ibunya dengan candaan. (hlm. 04)
            Bukahkah ada yang aneh pada dialog diatas ?
Kenapa mama Nabila menjawab dengan kalimat seperti itu. Kalau kita logika, itu nggak
masuk akal akan? Nabila tanya apa, ibunya jawab gimana.

4.      Nabila hidup berdua dengan ibunya, tanpa ada sosok pria kuat yang yang jadi pelindung keluaraga. Ayahnya, Zainal, sudah tiada. Ia mengalami kecelakaan ketika pulang dari kantor. Usia Nabila kurang lebih satu tahun ketika itu. Ironis (hlm. 04)
            Kesalahan pertama yaitu terdapat double ‘yang’ dan yang kedua adalah kata ironis.
Menurut saya kurang tepat, mungkin kata ‘ironis’ lebih tepat jika diganti kata ‘tragis’

5.      Apakah Nabila tergelincir ke dalam teori cinta pada pandangan pertama? Entahlah.
Pemilihan katanya nggak enak dibaca. Kurang pas dan terkesan gimana gitu.

6.      Teet-teet-teet, tiga kali bel sekolah berbunyi. Terdengar di setiap sudut-sudut sekolah. Pak Warsito pun bergegas membereskan buku-buku yang berada di meja dan meninggalkan kelas tanpa tugas yang diwariskan. (hlm. 18)
            Mungkin diwariskan bisa diganti dengan kata yang lebih pantas. Kata diwariskan
menurut saya lebih pada warisan harta, bukan warisan ‘tugas’ ya!

7.      Beberapa kali Nabila membasuh keringat yang ada di wajahnya. (hlm. 40)
            Hah? Membasuh?
            Maksudnya apa nih? Masak Nabila membasuh sih, keringat lagi. Nggak nyambung
banget. Kalau menyeka keringat yang ada di wajahnya, lebih wajar. Dan kata ‘membasuh’ lebih dari tiga kali saya menemukannya, dan membuat saya merasa ngregetan sendiri.

8.      Tak lupa topi berwarna merah sudah menggelayut di kepalanya. (hlm. 44)
Menggelayut, kayak monyet aja *hehe. Hmm, mending diganti bertengger, lebih bangus
kalau menurut saya.

9.      Usai melahap habis jalan setapak. Ada pemandangan yang mengenyangkan mata. (hlm. 116)
Melahap habis jalan dan mengenyangkan, kalimat-nya kurang pas. Kenapa saya merasa
dalam novel ini setiap katanya dibuat agak berlebihan ya! Yang membuat saya agak nggak nyaman juga.

Overall, saya menikmati perjalanan cinta segi empat Nabila, Malik dan Nico serta Laura.
           
Satu dari lima bintang untuk buku ini. Mungkin keliatan pelit ya! Tapi mau gimana lagi. Cuma cover sama Book Blurd-nya aja yang bagus *hehe.


Jumat, 28 November 2014

Raining Spell For Love [Eps. 01]



Guntur
Aku bertemu dengannya dua tahun yang lalu. Kalau tidak salah, hari itu dia sedang kehujanan. Dia menepi sambil mengelap baju dan juga rambut panjangnya menggunakan sapu tangan merah jambu. Padahal kejadian itu sudah berlalu selama dua tahun, tapi ternyata ingatanku masih bagus juga, hingga untuk detail motif yang menghiasi sapu tangannya.
Aku juga masih ingat bagaimana akhirnya aku bisa berbicara dengannya, sekedar bertanya apa dia butuh tumpangan.

“Apa kau butuh tumpangan ?” tanyaku padanya. Karena aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi dulu, jadi aku langsung to the point saja padanya. Untunglah dia tidak menganggapku gila atau cari perhatian. Sebaliknya, dia merespon dengan baik.

Dia tersenyum padaku. “Kalau kamu tidak keberatan.” Mungkin karena waktu itu sudah larut malam atau karena dia takut sendirian, akhirnya dia mau. Entah terpaksa atau tidak. Yang pasti aku tidak bisa menyembunyikan perasaan senangku saat itu. Wow, bahkan dia sama sekali tidak mencurigaiku, apakah aku ini penjahat atau orang baik.

Itulah pertemuan singkatku dengannya. Yang kuketahui selanjutnya, ternyata dia satu kantor denganku. Hanya saja aku dibagian distributor sedangkan dia bagian administrasi. Setelah kejadian itu, aku selalu bertemu dengannya. Ah… salah, maksudnya aku memang sengaja menemuinya. Mencari-cari waktu disela-sela pekerjaan untuk menemuinya, entah itu untuk sekedar menyapa atau melihat wajahnya.

Namanya, Julia. Gadis baik yang memiliki paras cantik —di mataku. Dia adalah gadis yang supel, ceria dan suka menolong. Dia adalah tipe wanita idaman para lelaki untuk dijadikan istri, tidak terkecuali aku.

Julia
            Hari ini, tepat dua tahun kematianku. Dan hari ini pula, aku akan menagih janji yang diberikan malaikat kematianku dulu. Menunggu selama dua tahun bukanlah hal yang mudah. Dikurung ditempat yang sempit dan pengap serta gelap. Tempat ini sangat menyesakkan. Aku benar-benar menunggu hari itu tiba. Dan akhirnya, hari itu datang juga.
           
“Aku akan mengabulkan 4 permintaanmu, sesuai janjiku dua tahun silam. Jadi apa yang kau inginkan ?” suara malaikat maut terdengar langsung di dalam pikiranku. Tangannya membawa sabit dengan tangkai baja panjang. Sekarang ini, aku bahkan tidak takut lagi dengan sabit yang selalu dibawanya itu.

            “Pertama, aku ingin nyawaku. Kedua, nyawaku. Ketiga, nyawaku. Dan yang terakhir dan paling penting dalam hidupku. Nyawaku. KEMBALIKAN NYAWAKU.” Kataku, tegas dan sedikit berteriak dihadapannya. Aku sudah lepas kendali.
           
“Itu bukan sebuah permintaan. Aku tidak akan mengabulkannya.” Jawab malaikat itu dengan suara menggelegar di telingaku. Ahh… rasanya kupingku bisa tuli karena suaranya itu.
           
“Hei! Kau curang. Kau bilang akan mengabulkan permintaanku. Apapun itu seharusnya kau mengabulkannya.” Aku berteriak marah padanya. Aku melakukan semua yang di inginkannya. Mendekam di ruangan sempit menyesakkan itu selama dua tahun juga demi 4 permintaan yang nantinya akan dikabulkan olehnya. Tapi kenapa sekarang dia tidak mau mengabulkannya ? Bukankah itu sebuah kecurangan ?

            “Mengembalikan nyawamu adalah sebuah kemustahilan. Kau sudah mati dan itu takdir. Jadi, akan ku ulangi sekali lagi, apa keinginanmu ?” kembali malaikat maut itu bertanya padaku. Suaranya mulai melembut. Tapi aku tidak akan tertipu. Tidak untuk kesekian kalinya.

            “AKU INGIN NYAWAKU.” Kataku, kembali berteriak. Rasanya tenagaku terkuras habis hanya karena berteriak beberapa kali saja. Hanya inikah energi yang dimiliki hantu sepertiku ?

            “Kau sungguh keras kepala. Seharusnya kau bersyukur karena kau mendapatkan kesempatan langka seperti ini dibandingkan yang lainnya. Kau tahu itu bukan ?”

            Perkataan itu lagi. Berapa kali dia berkata seperti itu.
            Perkataan ampuh yang langsung membuatku bungkam. Ahh… sulit rupanya berdebat dengan seorang malaikat. “Baiklah. Pertama, aku ingin hidup lagi, sebagai diriku sendiri. Bukan meminjam tubuh orang lain. Tapi, aku. Aku sendiri.”

            “Ada lagi ?”
            “Kedua, aku juga ingin hidup selama kurang lebih satu minggu ? Mudah kan ?”
            “Empat hari. Hanya empat hari dan kau akan menghilang.”
            “Lima hari. Bagaimana ?” aku sedang bernegosiasi dengannya, dan itu tidak mudah. Begitu banyak masalah sebelum aku meninggal dulu. Aku ingin menyelesaikannya, dan menghilang —terpaksa.
           
“Dua hari.” Terangnya.
            “Hei! Bagaimana bisa kau memangkasnya begitu banyak. Kau curang.”
            “Satu hari.” Dia bahkan tidak memedulikan ucapanku barusan.
           
“Baiklah. Dua hari. Kelihatannya cukup untuk meluruskan berbagai masalah yang timbul sebelum aku meninggal dulu. Ketiga, jangan hapus ingatannya tentangku walaupun aku sudah menghilang setelah menemuinya nanti. Dan yang terakhir, tolong berikan seseorang yang mampu mendampinginya, agar dia bisa melupakanku.” Aku ingin dia hidup dengan layak dan tidak terus-terusan memikirkan tentang kesalahannya. Karena penyebab kematianku tidak sepenuhnya kesalahannya.

“4 permohonanmu diterima. Sekarang bersiaplah.” Kata malaikat maut, dia lalu menyodokkan gagang sabitnya langsung ke arahku. Rasanya tidak sakit, melainkan menyerupai sentakan aneh yang menyengat. Setelahnya, malaikat itu menghilang.
 

Miss Romances Book Published @ 2014 by Ipietoon