Rabu, 03 Desember 2014

Raining Spell For Love [Eps. 02]



Guntur
            Bukankah hari ini adalah peringatan kematiannya ? Hampir saja aku melupakannya.
Saat aku tersadar, seseorang menepuk bahuku pelan. Aku lalu memutar tubuh dan mendapati ibu menatapku. Lagi-lagi dengan tatapan yang masih sama.

            “Jangan terus melamun sayang.” Tegur ibu.
            “Ibu, kapan datang ?” tanyaku balik. Aku bahkan tidak mendengar pintu terbuka. Atau benar kata ibu, aku terus melamun makanya tidak mendengar kedatangannya.
           
“Ibu sudah disini sejak satu jam yang lalu. Apa yang membuatmu jadi seperti ini sayang ?” mata ibu berkaca-kaca. Air mata mulai menetes ke pipinya. Sesuatu yang tidak pernah ingin kulihat. Sungguh, aku tidak ingin melihat ibu menangis karena ulahku.

“Ibu, maafkan Guntur. Guntur belum bisa, bu. Sulit rasanya melupakan Julia.” Aku berterus terang pada ibu. Mungkin perkataanku melukai hati ibu, tapi aku tidak bisa berbohong. Sekali berbohong, aku tahu ibu akan lebih merasa sakit hati lagi.

“Sayang. Ini sudah dua tahun sejak kematian Julia. Kau harus bangkit sayang. Jangan seperti ini. Julia disana pasti juga akan sedih melihatmu seperti ini.” Ibu lalu membelai wajahku dengan tangan lembutnya, membuatku menjadi tenang. Sebuah ketenangan yang sulit kudapatkan sejak kematian Julia.

             “Aku baik-baik saja bu. Sungguh. Hari ini, adalah peringatan dua tahun kematian Julia. Aku ingin kesana. Melihatnya.” Kataku, jujur.
            “Tidak sayang. Jangan.” Cegah ibu. Aku tahu dia takut aku akan semakin terpuruk jika mengingat kejadian itu, seperti yang dulu pernah terjadi. Tapi sekarang aku berbeda, aku sudah menyiapkan mental selama satu tahun ini untuk menghadapinya.
           
“Aku akan baik-baik saja bu. Aku janji. Setelah ini, aku akan bangkit lagi. Untuk kali ini, tolong biarkan aku pergi bu.” Aku memohon pada ibu. Dia kembali terisak, dan memelukku —cukup erat dan lama, sebelum akhirnya dia melepas pelukan dan mengangguk.

Julia
            Aku senang. Sangat senang. Ya, walaupun aku tidak bisa tinggal lama di dunia, setidaknya aku bisa melihat laki-laki itu. Sudah lebih dari satu jam aku menunggunya, tapi dia tidak terlihat sama sekali. Aku merindukannya.
            Aku terus mengedarkan pandangan mencari laki-laki itu. Aku tahu dia akan datang, dia tidak mungkin lupa hari ini. Hari peringatan kematianku sekaligus hari resminya hubungan kami sebagai pasangan kekasih dulu. Kalau tidak salah, hari ini juga hari pertama kalinya aku bertemu dengannya.
           
Sebuah deru motor menyadarkanku. Ahh… itu dia. Guntur, lelaki sekaligus kekasih yang kutinggalkan tanpa sepatah kata pun. Aku merindukanmu, Guntur.
           
Dia tidak menyadari kehadiranku. Dia terus melangkah menuju jalan dimana dulu aku mengalami kecelakaan hingga merenggut nyawaku. Tempat ini adalah tempat pertama dan terakhir kali kami bertemu. Mengingatnya membuatku sedih. Seharusnya dulu, aku tidak marah padanya, seharusnya dulu aku bisa mengendalikan emosi, sehingga dia juga bisa mengendarai motor dengan kesadaran penuh. Mungkin dulu dia terlalu terbebani karena omelanku.
           
Kudekati dia. Wajahnya tampak kuyu. Tubuhnya bahkan sangat kurus dibandingkan dulu. Sudah berapa lamakah kau seperti ini, Guntur ?
            “Guntur.”

0 komentar:

Posting Komentar

 

Miss Romances Book Published @ 2014 by Ipietoon