Ada sebuah Novel telah menginspirasiku
untuk pergi ke Dhaka. Well, untuk
liburan sekaligus belajar menjadi seorang Volunteer
trip disana. Itu semacam relawan yang akan mengajar anak-anak disana dan
para orang dewasa dengan berbagai keterampilan yang bisa membuat kehidupan
mereka lebih baik. Mungkin sebagian orang akan lebih memilih untuk liburan ke
luar negeri. Menikmati pemandangan indah, berbelanja dan menghabiskan
uang—tentunya. Mungkin sebagian dari kalian bertanya Dhaka itu dimana ? Well, Dhaka adalah salah satu kota besar
yang sangat padat dengan populasi lebih dari 16 juta jiwa, dan berada di tepi
Sungai Buriganga. Dan masuk dalam wilayah
Bangladesh. Selain kita bisa berbagi dengan anak-anak Dhaka dalam hal
pembelajaran atau bisa dibilang kita mengajar mereka, disana maksudku Dhaka,
banyak sekali tempat yang bagus dan cukup menarik. Tidak kalah dengan
pemandangan yang ada di Eropa. Trust me!
Dan ada satu permainan di Dhaka yang
membuatku ingin sekali mencobanya. Namanya cricket.
Penduduk Dhaka sangat suka bermain cricket,
mereka bisa memainkan olahraga ini di mana saja. Taman, jalan, bahkan atap akan
menjadi arena bermain cricket pada
sore hari atau pun hari libur. Aku memang belum mengerti dengan pasti aturan
permainannya maupun cara bermainnya, tapi kelihatannya memang menyenangkan.
Bagi saya yang memang menyukai Novel sangat berharap bisa mampir sejenak ke
Dhaka’s Old Market, area toko buku yang sangat populer dan terdapat semua jenis
buku yang mungkin sedang aku cari. Dan jika sebuah buku tidak tersedia di
Dhaka’s Old Market maka buku itu tidak ada di dunia ini. Wow, sangat menarik
saya untuk setidaknya kesana sekali seumur hidup.
By
the way, ada sebuah makanan dan minuman di Dhaka yang membuatku penasaran
bagaimana rasanya. Sebut saja Cha dan
Chanachur. Cha adalah teh yang dicampur dengan susu, minuman kesukaan penduduk
Dhaka. Bahkan, di Dhaka seandainya kita memesan teh maka yang diantar adalah
cha. Sedangkan chanachur adalah jenis
camilan yang merupakan campuran kacang, kacang panjang, jagung, buncis,
cornflakes, dan beberapa bahan lainnya.
Dan jika waktuku disana masih ada, aku juga ingin pergi ke distrik paling utara
Dhaka, menyusuri Sungai Tongi di sore hari. Pasti menyenangkan dengan menyewa
kapal-kapal kecil yang memang disewakan di sepanjang bantaran sungai. Sungai
Tongi memang jauh lebih bersih dari Sungai Buriganga, tapi airnya sama
keruhnya. Tetapi anehnya, tidak berbau.
Sebuah perjalanan impian yang entah
kapan akan terwujud. Tapi aku benar-benar ingin merasakan bagaimana susahnya
jadi seorang Volunteer trip di Dhaka,
paling tidak aku akan mendapat pelajaran dari setiap apa yang kulakukan disana.
Memberi sedikit ilmu yang kupunya untuk mereka—anak-anak Dhaka, adalah impian
terbesarku.
“Tidak ada hal yang
lebih indah daripada berbagi kepada sesama, terutama untuk Dhaka.”
0 komentar:
Posting Komentar