“Whenever I go, I
always want to go home. I guess you’re… my home.” (hlm. 274)
cover depan
cover belakang
Judul : Finally You
Nama Penulis : Dian Mariani
Editor : Herlina P. Dewi
Proof Reader : Weka Swasti
Desain Cover : Teguh Santosa
Layout Isi : Deeje
Penerbit : Stiletto Book
Tanggal Terbit : Juni 2014
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7572-28-7
Luisa
dan Raka, dipersatukan oleh luka.
Luisa
yang patah hati setelah ditinggal Hans, memilih menghabiskan waktunya di kantor
sampai malam. Bekerja tak kenal lelah. Siapa sangka, ternyata bos di kantornya
juga baru putus cinta. Mereka sama-sama mencari pelarian. Mengisi waktu-waktu
lengang selepas jam lembur dengan menyusuri jalan-jalan padat ibu kota. Berdua.
Membagi luka dan kecewa.
Antara
bertahan pada kenangan, atau membiarkan waktu yang menyembuhkan. Baik luisa
ataupun Raka membiarkan hubungan mereka berjalan apa adanya. Hubungan yang
dewasa tanpa ungkapan cinta. Mungkin rasa aman dan nyaman bersama kenangan,
membuat Luisa dan Raka malas menyesap rasa baru dalam hubungan mereka.
Namun,
bagaimana jika seiring berjalannya waktu, Raka mulai benar-benar jatuh cinta
ketika Luisa justru sedang berpikir untuk kembali kepada Hans? Ternyata bukan
tentang waktu. Bukan juga tentang masa lalu. Ini tentang menemukan orang yang
paling tepat dalam hidupmu.
Luisa patah
hati setelah ditinggal Hans, sedangkan Raka juga mengalami hal yang sama yaitu
ditinggal oleh Saskia. Mereka sama-sama dipertemukan oleh luka.
Tapi…
Apakah
mereka sendiri bisa bersama dengan meninggalkan masa lalu?
Finally you menceritakan tentang bagaimana dua
insan manusia mencoba untuk bangkit dari keterpurukan masa lalu tentang cinta.
Sebut saja Luisa Adrea, setelah putus dari Hans, dia jadi lebih sering lembur.
Segaja mencari kesibukan agar langsung tidur setibanya di rumah. Tak perlu
memikirkan apa-apa ataupun siapa-siapa. Dengan begitu dia berharap akan lebih
cepat melupakan Hans.
Pertemuan
pertama Luisa dengan Raka Yudhistira Leonard— Manufacture General Manager
terjadi secara tidak sengaja saat Raka salah memutar nomor extention Cynthia menjadi Luisa. Dan pertemuan kedua mereka yang
terjadi secara tidak segaja juga, saat Luisa berada di mall dan bertemu Hans
dan Gina—pacar baru Hans. Untunglah Raka ada disana dan menyelamatkan Luisa
dari tatapan aneh Hans dan Gina.
“Kamu memperlakukan saya seperti
manusia. Bukan seperti atasan. Atau orang yang punya kedudukan di kantor.”
(hlm. 66)
Bermula
dari makan malam sepulang kantor yang tidak disegaja, berlanjut ke makan malam
bersama selepas lembur yang menjadi rutinitas baru Raka dan Luisa. Diawali
dengan email dan i-message, dan diakhiri dengan adegan Luisa mengendap-endap turun
ke parkiran basement. Luisa selalu
menyarankan untuk bertemu di tempat parker, bukan di lantai mereka atau bahkan
di lobi kantor. Semuanya berjalan secara perlahan.
Sampai
akhirnya Raka mengatakan ‘saya sayang sama kamu. I do care for you.’ Yang membuat Raka dan Luisa akhirnya resmi
pacaran. Tapi tanpa mereka sadari, sebuah kejutan besar menanti mereka
dibelakang.
Akankah
mereka bisa mengubur masa lalu masing-masing yang sulit untuk terlupakan ? Atau
tetap bersama dan berdampingan dengan masa lalu ?
“Masa lalu itu sejarah yang nggak
bisa diubah. Kalau itu yang selalu kamu perdebatkan, nggak ada gunanya. It
takes two to move on.”
—Raka (hlm. 221)
Desain
sampul bagian depannya cukup menggambarkan petunjuk isi novel. Gambar cover
depan sepasang kekasih itu mungkin adalah Raka dan Luisa *hehe. Tapi saya
kurang suka dengan warna cover-nya. Terlalu datar dan monoton karena hanya
menonjolkan satu warna. Di gambar sampul depan ada sepasang kekasih kan ? Nah,
itu yang mereka lihat apa sih? Saya kurang bisa menebak gambar apa itu. Sungai
atau danau ?
Bagian dari novel ini yang paling keren adalah saat akhirnya
Raka bisa melepas Saskia. Lalu mulai meninggalkan masa lalunya, dimulai dengan
menjual apartemennya. Langkah yang tegas dan cepat menurut saya, dan saya suka.
Saya suka karakter Raka yang tegas, tapi kurang suka karakter Raka yang
tergantung dengan Saskia —sebelumnya. Geregetan lihat Raka yang cuma bisa diam
dan menerima disakiti oleh Saskia. Apalagi dia masih menerima Saskia. Arrghh,
siapa yang nggak geregetan lihat sikap Raka yang seperti itu.
“Dari kamu, aku belajar bagaimana
menghargai diriku sendiri. Damn hard lesson. Hargai diri kamu sendiri, Sas.
Jangan pernah mengemis.”
—Raka (hlm. 230)
Gaya bahasa yang digunakan
sederhana, nggak njimet sehingga
tidak membuat pusing kepala saya saat membacanya. Karakter untuk setiap tokoh
juga dijelaskan secara gamblang di bagian-bagian terpisah di dalam cerita yang
membuat saya semakin menyukai cerita dalam novel ini.
Untuk setting tempatnya, saya rasa
kurang dieksplor.
Seperti misalnya, setting di restoran seafood pinggir jalan di kawasan
Kemanggisan. Detail interior dan suasananya kurang di eksplor, jadi saya kurang
bisa masuk dalam cerita dan menggambarkan suasananya. Dan beberapa setting lainnya
yang menurut saya kurang sekali penggambarannya.
Alur yang digunakan adalah alur maju. Walaupun kadang,
penulis juga menyelipkan flashback
yang dialami Raka maupun Luisa. Sayangnya, saat membacanya saya beberapa kali
merasakan kurangnya jurus-jurus yang membuat terkejut. Sekalinya terkejut, saya
malah merasakan sedikit nggak nyaman dengan itu semua. Kesannya, kesalahan Raka
itu terlalu ditanggapi dengan berlebihan oleh Luisa.
Saya kurang setuju adanya perubahan karakter Luisa.
Meskipun penulis tetap menuturkan kenapa dia berubah, tetap saja cerita jadi berbeda.
Apalagi di karakter Luisa, perubahannya benar-benar signifikan. Dan menurut
saya jalan ceritanya jadi kayak gimana gitu *hehe.
Untuk kekurangannya adalah masalah typo.
Masalah yang umum di dalam dunia penerbitan.
Typo menurut saya hal yang wajar lah, penulis/penerjemah/editor juga manusia.
Tapi lebih baik lagi kalo typo itu gak ada, dieliminiasi seminimal mungkin! Bagaimana
pun, typo itu turut andil dalam penilaian pembaca terhadap kualitas penerbit,
penulis, penerjemah, dan editor loh.
Dan dalam novel ini saya masih banyak
menemukan typo, seperti contoh :
Walaupun Pak
Raka kelihatan baik dan ramah, bukan berarti dia bisa bertanya apa pun
padanya, kan ? Apalagi pertanyaan selancang itu. Memangnya aku siapa? Dan Pak
Raka itu siapa? Ya ampun. (hlm. 18)
Seharusnya kata ‘dia’ diganti dengan kata ‘aku.’ Ini kan
semacam kalimat yang Luisa ucapkan dalam hati —menurut saya.
“Yup, makanan
tanah air selalu lebih pas.”
“Masalah kebiasaan juga ya, Pak.” (hlm. 82)
Sebenarnya tidak ada yang salah
dalam kalimat ini. Cuma yang salah itu font dan penggalan kalimat yang terlalu
menjorok dan berbeda dari yang lainnya. Dan itu tentu saja menggangu mata saya,
karena terlihat jelas. Dan untuk penggalan kalimat yang terlalu menjorok, saya
masih menemukannya di halaman 115, 119, 145. Dan untuk halaman 119, saya
menemukan dua kesalahan. Yang pertama, yang saya sebutkan tadi, dan untuk yang
kedua dibagian “Sama, saya juga,” bagian depan kalimat tersebut di double spasi jadi agak lebar.
“Ada beberapa hari Papa jemput pas lagi ke daerah
sana.” (hal. 120)
Mungkin sebaiknya ditengah kalimat ‘ada’ dan
‘beberapa’ ditambah tanda penghubung koma (,) jadi ada jeda dan nggak bikin
bingung pembaca.
DIa kembali teringat kejadian tadi sore
di Over Easy, resto kesukaan Raka yang ternyata punya segudang memori dengan
Saskia. (hal. 133)
Adakah yang tahu dimana kesalahannya? Dilihat sekilas,
pasti sudah tahu kan letak salahnya dimana? Yup, huruf ‘I’ yang seharusnya
tidak di caps lock.
Jantung Raka seperti berhenti berdetak melihat Luisa
ada di sana Kini matanya tak lepas dari sosok di seberang itu. (hal. 161)
Untuk yang ini sih masih sama seperti yang sebelumnya
yaitu kurang tanda penghubung dibagian tengah kalimat ‘sana’ dan ‘Kini’
seharusnya ada tanda penghubung titik (.)
“Aku udah curiga, sih. Kayanya dia cuma pengin
menyelamatkan kamu aja. Kamu dan dia kelihatan canggung, nggak seperti orang
pacaran beneran.” (hal. 166)
Itu kalimat ‘kayanya’ bukannya yang bener ‘kayaknya’
ya? Maaf, kalau salah *hehe.
“Sayang itu pacaranya malah di kamar 205 ya,
Bu. Kalau kamar sebelah nggak penuh, kan bisa di sebelah aja biar bisa saling
besuk.” (hal. 182)
Mungkin lebih baik huruf ‘a’ dikalimat ‘pacaranya’
dihapus kali ya!
Setengah jam kemudian, pesannya baru dibalas.
Take care
Luisa langsung membalas lagi.
Gimana keadaan kamu, udah baikan ? (hal. 191)
Kalau untuk ini, kesalahan pada font-nya. Seharusnya
bagian Luisa langsung membalas lagi itu, font-nya bukannya harus beda ya?
Luisa mengikuti langkah Raka (hal. 269)
Untuk yang satu ini, kurang tanda penghubung titik (.)
dibagian setelah kata ‘Raka’
“Padahal aku sayang gini sama pacarnya.” (hal. 274)
Sebenarnya nggak ada yang salah dalam kalimat ini.
Cuma agak bingung aja maksudnya. Dan sampai sekarang, tiap buka halaman
tersebut masih aja bingung apa maksud perkataan Raka. Please, yang tahu maksud perkataan Raka, tell me! J
Di dalam buku ini juga, saya menemukan beberapa
kalimat yang menurut saya kurang efektif atau bisa dibilang kurang pas kali ya!
*hehe. Contohnya :
“Bapak sendirian?”
“Yup.” Katanya sembari mengangkat bahunya.
“Sedang mau ngapain, Pak?” (hal. 14)
Kayaknya kurang pas gitu, mungkin
baiknya “Sedang ngapain, Pak?”
Luisa hampir protes, tapi lalu
mendengar gadis yang berdiri di sisi Hans mendehem. (hal. 15)
Ada baiknya salah satu kata yang
saya garis bawahi dibuang saja biar kesannya nggak njimet.
Dan sesiangan itu mereka
hanya berkirim-kiriman email sambil sesekali saling melirik dan tersenyum.
(hal. 81)
Kata ‘sesiangan’ itu kerasa gimana
gitu kalau dibaca. Mungkin lebih baik nggak usah dikasih imbuhan se-an kali ya!
*kasih saran hehe.
Beberapa
kalimat favorit dalam buku ini :
1.
Kata orang, kalau udah sekali selingkuh, seterusnya
jadi kebiasaan. (hlm. 54)
2.
Menyangkal atau mengiyakan, akan sama buruk akibatnya.
(hlm. 76)
3.
Masa lalu adalah masa lalu. Mudah mengatakannya. Tapi,
semudah itu jugakah menjalaninya? (hlm. 99)
4.
Sainganku itu bukan orang baru. Tapi seseorang dari
masa lalu kamu. (hlm. 102)
5.
Rasa percaya itu mahal harganya. (hlm. 117)
6.
Nggak ada gunanya berusaha meraih kembali orang yang
suah jelas-jelas nggak mau sama kita lagi. (hlm. 117)
7.
Tak ada yang bisa menghapus masa lalu. (hlm. 138)
8.
Semua orang pernah melakukan kesalahan, bukan? Tidak
ada orang yang sempurna, bukan? (hlm. 155)
9.
Nggak ada orang baik yang ninggalin seseorang untuk
orang lain. (hlm. 218)
10. Kamu lebih
penting dari masa lalu kamu. (hlm. 222)
Overall, saya
menikmati kisah perjalanan cinta Raka dan Luisa yang membuat emosi saya dibawa
naik turun.
Akhirnya, saya menyematkan 2,3 dari
5 bintang untuk novel ini. Maaf, ya! Semoga lain kali ada kesempatan membaca
karya Dian Mariani lagi.
Note :
Reviewku di Goodreads : https://www.goodreads.com/review/show/1127218841?book_show_action=false
0 komentar:
Posting Komentar