Judul : Kismet
Penulis : Nina Addison
Editor : Dini Novita Sari & Harriska
Adiati
Ilustrasi Sampul : Alfi Zachkyelle
Ilustrasi Naskah & Foto : Nina
Addison
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit
: 2015
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-03-1487-7
Tebal : 296 halaman
Rating
: 4 dari 5 bintang
Sinopsis
:
Kismet/takdir/destiny.
Kata yang melibatkan semacam rahasi kosmik, yang memberi letupan kejutan di
sana-sini dalam hidup seseorang, menggiringnya ke tempat ia seharusnya berada.
Konsep
itu menggelikan bagi Alisya.
Tetapi
ketika di tengah hiruk pikuk New York City ia bertemu dengan Cia, perempuan
yang seketika menjadi sahabatnya, Alisya bertanya apakah takdir sedang bekerja?
Lalu
muncul Raka, satu-satunya cowok yang bisa membuat Alisya jatuh cinta . Lelaki,
lagi-lagi, dibawa takdir masuk ke hidupnya. Sayangnya, takdir yang satu ini
berpotensi menghancurkan persahabatannya dengan Cia. Jadi, mana yang harus ia
pilih?
Orang
bilang persahabatan itu kekal, untuk seumur hidup. Namun, bukankah cinta sejati
juga demikian?
***
“Kalau
nggak buat cari pasangan hidup, lantas buat apa dong orang pacaran? That’s why I think when I fall in love, I
will fall hard. Gue harus mastiin dulu di awal bahwa the guy worth the wait.” —Alisya
Berawal
dari sebuah insiden tak mengenakkan di sebuah toko buku di Manhattan yang
akhirnya mempertemukan Cialisa dengan Alisya. Mereka berdua sama-sama lari dari
masalah, Cia meninggalkan bangku kuliah karena dipaksa oleh orang tuanya
sehingga dia memilih untuk kabur dan menetap di New York sedangkan Alisya, memilih
untuk melarikan diri dari kekacauan yang terjadi di keluarganya setelah kedua
orangtuanya bercerai. Mereka lalu mulai berbagi cerita mengenai perjalanan
hidup serta cowok yang pernah singgah dalam hati masing-masing.
Urusan
cowok, Cia dan Alisya punya pandangan yang berbeda. Apalagi Cia, dia punya
aturan-aturan yang tidak boleh dilanggarnya mengenai pasangan yang akan
dipilihnya.
Aturan
Pertama :
Pacar
selalu satu, and fully commited to that
relationship. Nggak peduli mau cowok yang beda-beda atau sama yang tapi
putus-nyambung. Nggak mau diam-diam ‘buka cabang.’
Aturan
Kedua :
Pasangannya
harus avalaible secara fisik dan
emosi. Artinya dia harus ada di tempat yang sama, bukan pacaran jarak jauh.
Aturan
Ketiga :
Dia
harus single. Cowok beristri, biarpun
seganteng George Clooney, bye-bye!
Bahkan pacar, gebetan, dan untuk beberapa kasus, mantan temen, bye-bye.
Tapi,
persahabatan mereka akhirnya diuji dengan keharusan Cia pergi meninggalkan New
York untuk kembali ke Indonesia karena kehamilannya dan juga kehadiran Raka ditengah-tengah
persahabatan Alisya dan Cia yang langsung memporak-porandakan hati Alisya. Lalu, bagaimana akhir persahabatan mereka
dan cinta segitiga yang mempertanyakan kekuatan persabataan mereka?
Finally,
saya bisa menyelesaikan kisah asmara Alisya dan Raka. Perfect! Itulah kata paling pas buat menggambarkan kisah dalam
novel ini. Memang sih ide ceritanya masih seputar tentang persahabatan dan
cinta segitiga, tapi kali ini berbeda. Ada semacam Kismet yang dipadukan dalam kisah ceritanya. Kismet antara Cia-Alisya-Raka-Mr.Gajah. Penulis juga mampu meracik
kisah persahabatan ini dengan sangat baik, apalagi selipan-selipan bahasa
inggrisnya yang bikin saya keteteran buat nerjemahinnya, meskipun begitu I like that. Dari situ, saya banyak
belajar bahasa-bahasa inggris baru, nambah pengetahuan juga.
Saya
sangat suka dengan jalan ceritanya, bagaimana penulis bisa menjungkir-balikkan
perasaan saya saat membaca kisah Alisya dan Raka. Bikin moody setengah mati karena permasalahan mereka yang bisa dibilang
cukup rumit. Apalagi saat Alisya sempat patah hati waktu tahu kalau Cia suka
sama Raka dan serba salah waktu Alisya tahu Raka menyukainya. I know what it feels like there is
positioned Alisya, because I never felt it. (curhat dikit :D)
Tapi
saya agak risi dengan improvisasi
Ethan dan Raka. Sedikit juga jadi alasan kenapa saya kurang suka dan rasanya
kayak nggak pas aja sedangkan diawal penulis menggunakan kata ganti orang pertama
‘aku’, ditambah improvisasi Raka yang sampai saya selesai membaca bukunya,
masih nggak ngerti apa maksudnya. Mungkin kalau improvisasi Ethan dan Raka dari
awal dihadirkan oleh penulis, bakal beda lagi alurnya. Jadi, saya akan tahu
gimana perasaan masing-masing tokohnya. Kalau agak belakangan, duh rasanya kok
udah terlambat banget ya!
“Cinta
itu bisa nemplok ke lo kapan aja. Brengseknya cinta tuh gitu. Dia nggak butuh
izin buat masuk ke hati lo. Nyelonong gitu aja, either lo akuin atau nggak.” —Ethan
And, I like Ethan.
Yeah, semacam cowok idaman sekaligus suami-able. Cakep pinter masak pula,
duhh makin kesemsem hahaha *salah fokus. Keberadaan Ethan —adik Alisya, saya
rasa porsinya juga pas. Maksud saya nggak cuma dianggurin aja, alias main lewat
nama doang, tapi juga punya peran penting dalam membuat Alisya bisa move on dan nggak terus terpuruk dalam
penyesalan selama satu tahun. A year?
Bukan waktu yang singkat, men!
Apalagi dia terus-terusan merasa bersalah karena telah merusak persahabatannya
dengan Cia yang sudah terjalin selama lima tahun.
I agree with Cia statement
about boyfriend, saya juga termasuk orang yang anti
kalo harus ngrebut cowok pacar sendiri. Karakter tiap tokohnya yang beda-beda
makin nambah meriah ceritanya, terutama Alisya dan Ethan yang bikin mood langsung naik dan kadang ketawa
lewat pertengkaran-pertengkaran “nggak penting” mereka.
Di
novel ini, saya masih menemukan adanya typo. Nggak banyak sih, tapi bikin risi
juga ngeliatnya apalagi selalu saya temukan di akhir sebuah percakapan. Yup,
tanda petik (”) yang selalu terlewatkan di setiap akhir percakapan. Sebenarnya
diawal-awal nggak ada, baru agak belakang saya menemukan typo-nya.
Saya
suka dengan sikap Raka. He’s gentlemen
boy, you know. Bagaimana dia memperlakukan Cia dan Alisya dengan sangat berbeda.
Dia hanya menganggap Cia just only friend,
tapi berbeda dengan Alisya, karena dia menganggap perempuan itu special. Semacam, sudah ada kismet diantara Raka dan Alisya saat
pertama kali bertemu. Gawdd, I melt so if
there in position Alisya with an abundance of attention devoted Raka.
Buku
ini memiliki pesan moral persahabatan yang cukup kental, apalagi saat Cia
mengalami masa-masa terpuruknya, Alisya selalu berusaha untuk selalu ada
disamping Cia. Saya bisa merasakan bagaimana khawatirnya Alisya saat Cia tidak
kunjung datang saat mereka berencana untuk bertemu di sebuah klinik. Bagaimana
paniknya Alisya sewaktu mencari keberadaan Cia dan takut kalau-kalau Cia
melakukan hal-hal diluar kesadaran perempuan tersebut. Bunuh diri, misalnya.
Dari
ulasan saya, pasti udah pada tahu-kan gimana ending ceritanya? I’m enjoyed to read this book, and I hope
you are soo.
Last
not but least, saya merekomendasikan novel ini buat
kalian-kalian yang memang percaya dengan kismet/takdir/destiny
serta kebahagian di setiap akhir cerita.
“Lo
pikir di dunia ini yang namanya cinta sejati tuh kayak apa? Yang penghuninya
nggak pernah berantem? Yang mulus dan lancar, macam ‘a walk in the park?’ Salah,Al! Cinta sejati itu penuh bompel-bompel, growakan, tambah
sana-sini, retak sana-sini. But guess
what? Ketika dia masih bernyawa, dia akan tumbuh kuat selepas tiap cobaan
yang datang.” —Cia
0 komentar:
Posting Komentar