Judul : Carrie
Penulis : Stephen King
Alih Bahasa : Gita Yuliani K.
Desain dan Ilustrasi Sampul : Staven
Andersen
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit
: Februari, 2014
Edisi : Cetakan Kedua
ISBN : 978-979-22-9951-9
Tebal : 256 halaman ; 20 cm
Rating
: 3 dari 5 bintang
Sinopsis
:
Carrie
White adalah gadis yang tidak populer, tapi dia memiliki kemampuan tersembunyi.
Carrie bisa membuat benda-benda bergerak jika dia memusatkan perhatiannya pada
benda itu. Kemampuan ini membuatnya berkuasa dan menjadi sumber dosanya.
Carrie
hanya ingin menjadi gadis normal di sekolah, tidak diejek sebagai gadis aneh,
dan… bisa pergi ke persta dansa sekolah. Hingga seorang gadis berusaha menebus
kesalahannya pada Carrie dengan memberikan semua keinginan Carrie tersebut.
Kebaikan ini berubah menjadi malapetaka yang takkan pernah dilupakan
teman-teman sekolahnya dan seisi kota.
“Mengerikan dan menakutkan… Kau
tidak bisa berhenti membacanya.” —Chicago
Tribune
***
“Jadi
aku dilarang ikut Prom dan ayahku yang pengecut bilang ia tidak akan memberikan
mereka apa yang pantas mereka dapat. Tetapi mereka tidak akan lolos dengan ini.
Aku belum tahu persis apa yang akan kulakukan, tetapi kujamin semua akan
mendapatkan kejutan besar….” —Carrie
Carrie
White, gadis muda yang selalu di-bully di sekolah, apalagi saat dia mendapatkan haid
pertamanya. Dia yang memang tidak mengerti kalau itu bukan darah kematian,
melainkan hanya darah bulanan seorang wanita yang sudah dewasa. Ibunya tidak
pernah memberitahunya, sehingga dia diolok oleh teman-temannya termasuk Chris
dan Sue dan dilempari pembalut.
Seakan belum cukup penderitaan yang dihadapinya di sekolah, di rumah dia juga
di tekan ibunya yang fanatik beragama. Ibunya selalu melarangnya berbuat ini-itu,
ibunya beranggapan bahwa semua yang dilakukan manusia dosa dan dosa. Setiap
kali Carrie salah berbicara atau salah berbuat sesuatu, ibunya akan langsung
menyeretnya ke lemari besar dan menyuruhnya untuk berdoa selama enam jam.
Ibunya juga sering memukulinya atas kesalahan-kesalahan kecil.
Carrie memiliki kemampuan telekinetik sejak kecil dan ibunya menganggap
itu bukan suatu kelebihan melainkan beranggapan bahwa Carrie anak setan,
keturunan iblis yang penuh dosa.
Saat perayaan pesta dansa sekolah, Tommy —laki-laki yang sudah lama
disukainya, tiba-tiba mengajaknya untuk datang bersama. Suatu keajaiban
tentunya bagi Carrie yang memang tidak punya teman sekalipun. Dan dia
menyetujuinya.
Sebenarnya Tommy tidak berniat untuk mengajak Carrie, tapi karena
permintaan pacarnya —Sue Snell, maka dia mengiyakan permintaan konyol itu. Sue
merasa kalau dia bersalah karena insiden pembalut yang membuat Carrie tidak
masuk selama seminggu. Dia hanya ingin menebus dosanya kepada Carrie.
Acara Prom awalnya menyenangkan bagi Carrie yang memang tidak pernah
datang tapi akhirnya malah berujung pada tragedi massal terhadap orang-orang
yang kerap menganiayanya.
Lalu, bagaimana akhir
dari kisah Carrie?
Awal
baca, nggak bisa memahami isinya. Mungkin karena terjemahannya yang agak
membingungkan. Beberapa kali saya dibuat mengernyit karena bahasanya yang
kurang bisa saya serap. Dan kesan pertama yang saya tangkap dari novel ini
adalah menjijikkan. Bukan ide ceritanya ya! Melainkan ulasan pertama yang
membahas tentang haid yang dialami Carrie untuk yang pertama kali di usianya
yang sudah menginjak 17 tahun. Ulasan tentang bagaimana Carrie tidak
tahu-menahu tentang haid itu sendiri dan dia menganggap bahwa dia akan mati,
lalu teman-temannya yang mulai berteriak dan menertawakannya atas ketidaktahuannya,
mulai melemparinya dengan pembalut itulah yang membuat bayangan saya itu, agak
menjijikkan. Tentunya bukan momen menyenangkan bagi Carrie. Dan aku bisa
merasakan bagaimana terlukanya Carrie dengan semua perilaku teman-temannya dan
ibunya.
Dan
saat bagaimana Carrie tersiram darah babi saat penobatan Raja dan Ratu Prom
serta kemarahan Carrie karena dia merasa dijebak lagi, itu membuat emosi saya
naik. Dan jangan tanya bagaimana akhirnya kisah ini, Carrie menghancurkan
semuanya. Semuanya, mulai dari sekolahnya sendiri dan membunuh banyak
teman-temannya serta membunuh Billy serta Chris yang memang menjadi dalang dari
insiden darah babi tersebut. Ya, Carrie membunuh hampir semua teman-teman yang
pernah menganiayanya dan juga menghancurkan kota tempat tinggalnya, Chamberlain.
Saya
merasa senang karena para tokoh-tokohnya bisa ditonjolkan, entah itu tokoh
utama maupun tokoh pembantu seperti Sue dan Chris, Tommy maupun Billy. Penulis
bisa menyeimbangkan dialog setiap tokoh-tokohnya dengan baik sehingga semunya
bisa sinkron untuk penempatan posisi masing-masing tokohnya!
Deskripsi
di setiap setting cerita yang lengkap, membuat saya bisa membayangkan bagaimana
kehidupan Carrie dan bayangan saya agak kurang mengenakkan. Apalagi pada
bagian, rumahnya. Hmm… dalam bayangan saya sedikit mengerikan, kurasa.
Kisah
ini saya rasa merupakan kisah masa lalu, atau lebih tepatnya sebuah kejadian
yang di ceritakan ulang kalau dilihat dari kutipan Bayangan Meledak dan Namaku
Susan Snell yang tak lain adalah Sue Snell. Jadi aku pastikan bahwa alurnya
mundur.
Sebenarnya
kalau dipikir ulang dan dari ulasan seorang tetangganya saat Carrie masih
kecil, dia gadis yang bisa dibilang manis, lugu dan cerdas. Tapi karena didikan
ibunya yang fanatik agama itulah yang membuatnya berbeda dari anak remaja pada
umumnya.
Saya
yang selalu penasaran dengan kisah fantasi seperti cerita Carrie ini memutuskan
untuk menyelesaikannya malam itu juga, berharap besok bisa membaca dan
berpetualang di cerita yang lainnya. Awalnya saya tidak bisa berhenti untuk
membacanya karena semakin penasaran, dan astaga! Ceritanya memang lain dari pada
yang lain. Mengerikan tepatnya. Saya sampai harus berhenti sejenak membaca dan
menarik napas panjang. Dan setelah akhirnya memutuskan untuk berhenti, karena
sudah tidak kuat untuk melanjutkan, saya merasa mual. Rasanya saat membayangkan
bagaimana Carrie tersiram darah babi membuat perut saya bergejolak aneh dan
rasanya ingin muntah.
Beberapa
kali pula saya membalikkan halaman tanpa membacanya. Narasinya terlalu panjang
dan berbelit-belit, membuat saya pusing saat membacanya. Tapi sebenarnya ide
ceritanya benar-benar gila dan membuat saya tercengang. Endingnya memang tidak
bisa dibilang manis, lebih terkesan mengerikan. Upss, spoiler…
Last
not but least, saya merekomendasikan novel ini buat
kalian-kalian yang memang menyukai kisah
Carrie White dengan kemampuannya.
“Kesan
menyeluruh adalah kota yang menunggu untuk mati. Pada saat ini, tidak cukup
untuk mengatakan bahwa Chamberlain tidak akan pernah sama lagi. Mungkin akan
lebih mendekati kebenaran untuk mengatakan bahwa Chamberlain tidak akan lagi
sama sekali.” —Hal. 249
0 komentar:
Posting Komentar