Kamis, 26 Maret 2015

#TantanganMenulis 7 : Ceritakan sedikit tentang pengalaman tak terlupakan dalam hidupmu.



source here




“Kadang, kita tidak mau keluar dari zona nyaman kita. Kadang, kita tak mau menyerah begitu saja dan mempertahankan apa yang kita miliki sekarang. Padahal di luar sana, masih ada banyak hal yang mungkin lebih bagus, lebih baik, dan lebih indah dibandingkan dengan apa yang sekarang kita miliki.”
—Andry Setiawan, (Not) Alone in Other Land—
                                                                                     
Keluar dari zona nyaman dan harus tinggal di luar kota bukanlah hal yang terlintas dibenak saya sekaligus teman-teman saya dua tahun yang lalu. Tapi karena tugas sekolah, kami harus mau keluar dari zona nyaman. Kami anak-anak Tulungagung yang harus menjalani Praktek Kerja Industri di luar kota. Malang tepatnya. Memang bisa dibilang tidak terlalu jauh, tapi bagi kami yang memang tidak biasa dengan dunia luar, harus bersusah payah menjalaninya selama 3 bulan. Susah dan senang kami tanggung bersama. Banyak tawa canda, serta tangis yang mewarnainya. Bukan hal yang mudah memang, apalagi saat saya sudah terlalu nyaman tinggal di zona yang bisa dikategorikan biasa-biasa saja.

Tapi dari itu semua, saya menemukan hal baru. Bertemu orang baru dengan karakter dan suku bahasa yang berbeda-beda. Sempat saya dan teman-teman saya merasa kewalahan menterjemahkan bahasa saat menjumpai orang baru yang terlalu nyaman dengan bahasa ibu mereka. Tapi dari situ, saya belajar banyak sekali bahasa yang dulunya mungkin belum pernah saya dengar.

Dari sini juga, saya bisa mengenal lebih dalam teman-teman saya. Sifatnya, kebiasaannya, marahnya, tawanya, sedihnya. Hampir setiap hari kami selalu bertengkar, menangis, tertawa, diam, bercanda. Semua itu melebur menjadi satu. Saat kami harus saling menjaga satu sama lain, merawat salah satu teman jika mereka sakit. Kebingungan saat akan memasak, bingung dengan rute jalan. Sampai pernah saya dan salah satu teman saya harus mengalami nasib yang kurang baik karena teledor. Dan dari semua kejadian itu, kami selalu mengambil hikmahnya. Bahwa dengan kami bersama, kami akan selalu aman.

“Persahabatan bukan hanya tentang diri kita menerima orang lain, tetapi juga membiarkan diri kita diterima orang lain.”
—Andry Setiawan, (Not) Alone in Other Land—

Sebuah pertemuan selalu akan mengalir pada pangkalnya, yaitu perpisahan. Setelah semua yang saya rasakan, setelah akhirnya saya mulai nyaman dengan kehidupan baru. Saya dihadapkan pada satu pilihan. Perpisahan. Itu adalah kalimat paling menyakitkan dalam hidup saya, tapi tidak ada pilihan lain yang tentunya bisa saya pilih.

2 komentar:

  1. “Perpisahan, cara terbaik untuk menyadari kerinduan…”
    —Christina Juzwar, Seoul, I Miss You—

    BalasHapus

 

Miss Romances Book Published @ 2014 by Ipietoon