Sabtu, 27 Juni 2015

WedLock



"Diikutkan untuk Ramadhan Giveaway dengan tema [Wedding]."




Tidak ada yang berubah di pantai ini. Pantai Harlem, surga kecil di Jayapura. Begitulah wisatawan menyebutnya. Sudah lebih dari lima tahun aku tidak mengunjungi pantai ini dan juga kampung halamanku, Tablanusu, tempatku lahir dan tumbuh. Kesibukanku di Jakarta dan penatnya pikiran, membuatku berinisiatif untuk berkunjung ke pantai Harlem sekaligus menengok kampung halaman. Tidak ada yang berubah. Hanya saja pantai Harlem lebih ramai daripada dulu saat aku masih kecil.

Aku menyusuri pesisir pantai Harlem dengan bertelanjang kaki, membiarkan kakiku merasakan lembutnya pasir putih yang terhampar. Aku merindukan suasana nyaman yang tidak kudapat di Jakarta, Aku merindukan deburan ombak yang mengenai kaki. Dan aku juga merindukan kenangan yang seharusnya tidak boleh muncul kembali di otakku. Kenangan itu sebenarnya sudah kukunci dalam ingatan, tapi begitu melihat pantai Harlem, terpaksa ingatan tentang kenangan itu muncul dengan sendirinya layaknya pemutaran film bioskop.

Aku enggan untuk menghentikannya, biarkan saja toh aku tidak selamanya ada disini. Aku akan kembali lagi ke Jakarta dan kenangan itu akan menghilang dengan sendirinya seiring dengan kesibukanku di kantor. Jadi selama aku disini, aku akan membiarkan kenangan itu untuk keluar.

Aku terus melangkah sambil sesekali bermain dengan deburan ombak yang menghampiri kakiku saat mataku menangkap siluet seseorang. Lebih tepatnya seseorang yang kukenal, sangat. Aku berhenti dan menatapnya cukup lama. Seorang laki-laki sedang berada di tebing, duduk menyendiri. Wajahnya tidak terlalu kentara karena tertutupi rambut coklatnya yang mengenai dahi. Belum sempat aku memutar balik tubuh untuk menghidarinya, laki-laki itu menoleh.

Pandangan kami beradu seiring detak jantungku yang semakin tidak terkendali. Ini tidak boleh terjadi, pikirku. Aku harus menghindari orang itu, berlari secepat mungkin kalau diperlukan, tapi kakiku rasanya mati rasa. Aku diam di tempat sampai menyadari kalau laki-laki itu sudah ada dihadapanku, menatapku dengan binar yang sudah lama tidak kulihat.

Ricky. Itulah nama yang pertama kali terlintas di otakku.

“Ev…” panggil Ricky. Suaranya pelan tapi lembut, membuatku terpana sejenak. Padahal sudah sangat lama aku tidak melihatnya, tapi debaran di dadaku ini masih sama saat terakhir kali kami bertemu.

 Aku terus menatapnya tanpa bicara, aku merindukannya. Itu benar dan aku tidak ingin menampik kenyataan yang ada, tapi rasanya aku harus memendamnya lagi, ini terlarang.

“Kau akhirnya kembali Ev. Kau tahu, aku selalu menantikanmu. Orang-orang desa berpikir kalau kau tidak akan kembali, tapi aku yakin kau kembali. Dan sekarang, semuanya terbukti.” Ricky terus berbicara dengan senyum yang makin melebar dan binar kegembiraan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Lalu tanpa kuduga, dia memelukku. Meluapkan kegembiraannya. Sedang aku?

Aku hanya bisa terpaku. Aku bingung harus bereaksi apa, jika aku membalas pelukannya, aku takut dia berharap lebih tapi jika tidak, aku juga takut karena aku masih sangat menyayanginya walau hati ini melarang untuk melakukannya.

“Kau baik-baik saja?” tanya Ricky, seolah mengerti gestur tubuhku yang hanya diam saja. Aku menggeleng pelan, lalu melepaskan diri dari pelukannya. Sungguh ini situasi yang sulit bagiku, aku ingin sekali memeluknya, meluapkan kerinduanku padanya, tapi aku siapa? Aku bukan siapa-siapa Ricky lagi.

“Dimana Julia?” tanyaku datar. Kening Ricky berkerut, seolah tidak mengerti maksudku. Dia diam sejenak lalu menghela nafas.

“Kenapa kau menanyakan Julia. Aku tidak mencintainya, aku hanya mencintaimu Ev.” Jawab Ricky.

“Kau tidak boleh mencintaiku lagi Ric. Tidak.” Kataku tegas.

“Kenapa Ev? Aku tahu aku salah, tapi aku tidak pernah mengkhianati cinta kita. Aku sungguh masih mencintaimu.” Ricky mencoba menjelaskan semuanya, tapi percuma saja. Aku tetap tidak bisa kembali padanya walaupun perasaan ingin memilikinya lagi masih ada.

“Tapi aku udah nggak bisa, Ric.” Ucapku, berusaha untuk tidak bergetar. Tapi percuma. Suaraku benar-benar bergetar.

“Kenapa lagi, Ev? Kurang cukupkah penantianku selama ini. Aku terus menunggumu. Aku bahkan belum menjalin hubungan dengan perempuan selain dirimu. Aku hanya mencintaimu.” Jelas Ricky berusaha menyakinkanku.

“Julia?” aku mengoreksi ucapan Ricky. Julia juga perempuan yang menjalin hubungan dengan Ricky dibelakangku.

“Dia menjebakku, Ev. Kau harus percaya padaku.” Dia menatapku, dan aku tahu kalau sinar dimatanya sendu, mungkin sudah lelah menantiku kembali.

“Lalu bagaimana dengan Mas Johan?” kataku pelan. Aku takut mengatakan kebenaran, tapi aku juga tidak ingin membohongi Ricky.

Ricky tampak kaget, “Siapa Johan, Ev? Kau punya pacar lagi. Kalau iya, kau hanya harus meninggalkannya dan kembali padaku. Aku tahu kau masih mencintaiku. Kau tidak bisa membohongiku, Ev. Aku tahu siapa kamu.”

“Dia bukan pacarku. Dia suamiku. Aku bahkan sudah punya dua anak darinya. Mana mungkin aku bisa meninggalkannya, Ric. Itu konyol.” Teriakku marah. Akhirnya kata-kata itu meluncur juga dari mulutku setelah sebelumnya, kalimat itu tersendat di tenggorokan.

Aku tidak mendongak untuk mengetahui ekspresi Ricky, tapi aku yakin dia terkejut. Dia terhuyung ke belakang, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja di terimanya. Aku hanya bisa menangis tertahan dan tetap diam ditempatku berada.

“Kau bohong Ev. Aku tahu ini hanya leluconmu karena kau masih marah padaku, iya kan?” suara Ricky bergetar. Dia lalu mencengkeram bahuku, mendongakkan kepalaku untuk melihat apakah aku berbohong dari sinar mataku. Tapi percuma, karena semua yang kukatakan adalah kebenaran.

“Kau tahu aku selalu jujur padamu, Ric. Mas Johan adalah penyembuh luka hatiku kala kau mengkhianatiku. Dia selalu ada disampingku saat aku dalam keadaan terpuruk. Jadi sangat sulit untuk meninggalkannya hanya untuk bersamamu. Maaf, tapi aku tidak bisa.” Aku tahu suaraku bergetar saat mengatakan itu, tapi aku harus membuat keputusan. Aku tidak ingin Ricky berharap lagi padaku, karena dia juga berhak bahagia walaupun tidak dengan diriku. Aku melepas tangannya lembut dan pergi perlahan meninggalkan Ricky, cinta pertamaku.
 

1 komentar:

  1. NxBet - Xn - Xn - 1XBET - 1XBET - 1XBET
    Xn 메리트카지노 - 1XBET - 1XBET - Xn 온카지노 - 1XBET - 1XBET 1XBET - 1XBET - 1XBET. 1XBET - 1XBET. 1XBET - 1XBET. 1XBET - 1XBET. 1XBET. 1XBET. 1XBET - 1XBET.

    BalasHapus

 

Miss Romances Book Published @ 2014 by Ipietoon