Kamis, 18 Juni 2015

[Review] Carrie



 Judul : Carrie
Penulis : Stephen King
Alih Bahasa : Gita Yuliani K.
Desain dan Ilustrasi Sampul : Staven Andersen
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit : Februari, 2014
Edisi : Cetakan Kedua
ISBN : 978-979-22-9951-9
Tebal : 256 halaman ; 20 cm
Rating : 3 dari 5 bintang

Sinopsis :
Carrie White adalah gadis yang tidak populer, tapi dia memiliki kemampuan tersembunyi. Carrie bisa membuat benda-benda bergerak jika dia memusatkan perhatiannya pada benda itu. Kemampuan ini membuatnya berkuasa dan menjadi sumber dosanya.

Carrie hanya ingin menjadi gadis normal di sekolah, tidak diejek sebagai gadis aneh, dan… bisa pergi ke persta dansa sekolah. Hingga seorang gadis berusaha menebus kesalahannya pada Carrie dengan memberikan semua keinginan Carrie tersebut. Kebaikan ini berubah menjadi malapetaka yang takkan pernah dilupakan teman-teman sekolahnya dan seisi kota.

“Mengerikan dan menakutkan… Kau tidak bisa berhenti membacanya.” —Chicago Tribune
***
“Jadi aku dilarang ikut Prom dan ayahku yang pengecut bilang ia tidak akan memberikan mereka apa yang pantas mereka dapat. Tetapi mereka tidak akan lolos dengan ini. Aku belum tahu persis apa yang akan kulakukan, tetapi kujamin semua akan mendapatkan kejutan besar….” —Carrie

Carrie White, gadis muda yang selalu di-bully di sekolah, apalagi saat dia mendapatkan haid pertamanya. Dia yang memang tidak mengerti kalau itu bukan darah kematian, melainkan hanya darah bulanan seorang wanita yang sudah dewasa. Ibunya tidak pernah memberitahunya, sehingga dia diolok oleh teman-temannya termasuk Chris dan Sue dan dilempari pembalut.

Seakan belum cukup penderitaan yang dihadapinya di sekolah, di rumah dia juga di tekan ibunya yang fanatik beragama. Ibunya selalu melarangnya berbuat ini-itu, ibunya beranggapan bahwa semua yang dilakukan manusia dosa dan dosa. Setiap kali Carrie salah berbicara atau salah berbuat sesuatu, ibunya akan langsung menyeretnya ke lemari besar dan menyuruhnya untuk berdoa selama enam jam. Ibunya juga sering memukulinya atas kesalahan-kesalahan kecil.

Carrie memiliki kemampuan telekinetik sejak kecil dan ibunya menganggap itu bukan suatu kelebihan melainkan beranggapan bahwa Carrie anak setan, keturunan iblis yang penuh dosa.

Saat perayaan pesta dansa sekolah, Tommy —laki-laki yang sudah lama disukainya, tiba-tiba mengajaknya untuk datang bersama. Suatu keajaiban tentunya bagi Carrie yang memang tidak punya teman sekalipun. Dan dia menyetujuinya.

Sebenarnya Tommy tidak berniat untuk mengajak Carrie, tapi karena permintaan pacarnya —Sue Snell, maka dia mengiyakan permintaan konyol itu. Sue merasa kalau dia bersalah karena insiden pembalut yang membuat Carrie tidak masuk selama seminggu. Dia hanya ingin menebus dosanya kepada Carrie.

Acara Prom awalnya menyenangkan bagi Carrie yang memang tidak pernah datang tapi akhirnya malah berujung pada tragedi massal terhadap orang-orang yang kerap menganiayanya. 

Lalu, bagaimana akhir dari kisah Carrie?

Awal baca, nggak bisa memahami isinya. Mungkin karena terjemahannya yang agak membingungkan. Beberapa kali saya dibuat mengernyit karena bahasanya yang kurang bisa saya serap. Dan kesan pertama yang saya tangkap dari novel ini adalah menjijikkan. Bukan ide ceritanya ya! Melainkan ulasan pertama yang membahas tentang haid yang dialami Carrie untuk yang pertama kali di usianya yang sudah menginjak 17 tahun. Ulasan tentang bagaimana Carrie tidak tahu-menahu tentang haid itu sendiri dan dia menganggap bahwa dia akan mati, lalu teman-temannya yang mulai berteriak dan menertawakannya atas ketidaktahuannya, mulai melemparinya dengan pembalut itulah yang membuat bayangan saya itu, agak menjijikkan. Tentunya bukan momen menyenangkan bagi Carrie. Dan aku bisa merasakan bagaimana terlukanya Carrie dengan semua perilaku teman-temannya dan ibunya.

Dan saat bagaimana Carrie tersiram darah babi saat penobatan Raja dan Ratu Prom serta kemarahan Carrie karena dia merasa dijebak lagi, itu membuat emosi saya naik. Dan jangan tanya bagaimana akhirnya kisah ini, Carrie menghancurkan semuanya. Semuanya, mulai dari sekolahnya sendiri dan membunuh banyak teman-temannya serta membunuh Billy serta Chris yang memang menjadi dalang dari insiden darah babi tersebut. Ya, Carrie membunuh hampir semua teman-teman yang pernah menganiayanya dan juga menghancurkan kota tempat tinggalnya, Chamberlain.

Saya merasa senang karena para tokoh-tokohnya bisa ditonjolkan, entah itu tokoh utama maupun tokoh pembantu seperti Sue dan Chris, Tommy maupun Billy. Penulis bisa menyeimbangkan dialog setiap tokoh-tokohnya dengan baik sehingga semunya bisa sinkron untuk penempatan posisi masing-masing tokohnya!

Deskripsi di setiap setting cerita yang lengkap, membuat saya bisa membayangkan bagaimana kehidupan Carrie dan bayangan saya agak kurang mengenakkan. Apalagi pada bagian, rumahnya. Hmm… dalam bayangan saya sedikit mengerikan, kurasa.

Kisah ini saya rasa merupakan kisah masa lalu, atau lebih tepatnya sebuah kejadian yang di ceritakan ulang kalau dilihat dari kutipan Bayangan Meledak dan Namaku Susan Snell yang tak lain adalah Sue Snell. Jadi aku pastikan bahwa alurnya mundur.

Sebenarnya kalau dipikir ulang dan dari ulasan seorang tetangganya saat Carrie masih kecil, dia gadis yang bisa dibilang manis, lugu dan cerdas. Tapi karena didikan ibunya yang fanatik agama itulah yang membuatnya berbeda dari anak remaja pada umumnya.

Saya yang selalu penasaran dengan kisah fantasi seperti cerita Carrie ini memutuskan untuk menyelesaikannya malam itu juga, berharap besok bisa membaca dan berpetualang di cerita yang lainnya. Awalnya saya tidak bisa berhenti untuk membacanya karena semakin penasaran, dan astaga! Ceritanya memang lain dari pada yang lain. Mengerikan tepatnya. Saya sampai harus berhenti sejenak membaca dan menarik napas panjang. Dan setelah akhirnya memutuskan untuk berhenti, karena sudah tidak kuat untuk melanjutkan, saya merasa mual. Rasanya saat membayangkan bagaimana Carrie tersiram darah babi membuat perut saya bergejolak aneh dan rasanya ingin muntah.

Beberapa kali pula saya membalikkan halaman tanpa membacanya. Narasinya terlalu panjang dan berbelit-belit, membuat saya pusing saat membacanya. Tapi sebenarnya ide ceritanya benar-benar gila dan membuat saya tercengang. Endingnya memang tidak bisa dibilang manis, lebih terkesan mengerikan. Upss, spoiler…

Last not but least, saya merekomendasikan novel ini buat kalian-kalian yang memang menyukai kisah Carrie White dengan kemampuannya.

“Kesan menyeluruh adalah kota yang menunggu untuk mati. Pada saat ini, tidak cukup untuk mengatakan bahwa Chamberlain tidak akan pernah sama lagi. Mungkin akan lebih mendekati kebenaran untuk mengatakan bahwa Chamberlain tidak akan lagi sama sekali.” —Hal. 249

0 komentar:

Posting Komentar

 

Miss Romances Book Published @ 2014 by Ipietoon