Judul : Vandaria Saga : Winterflame
Penulis :
Fachrul R.U.N
Penyusun Ide
Cerita : Ami Raditya, Fachrul R.U.N., dan Tim Vandaria Saga
Penyunting :
Melody Violine
Pemeriksa Aksara
: Gita Nuari
Ilustrator Isi :
Staven Andersen, Rama Indra, Robert Tan, Marissa Anastasi, Yohan Power
Ilustrator
Sampul : Rama Indra
Penata Letak :
Henry Darmawan
Penerbit :
Artoncode
Tanggal
Terbit :
November 2014
Edisi :
Cetakan
Pertama
ISBN :
978-602-71089-0-5
“Saat
tegang, bahkan bayanganmu sendiri bisa terlihat menakutkan.” —hal. 20
Akibat kematian Dymitrios ( Penguasa Ortheva) karena
ditikam oleh anaknya —pangeran Vassily Ortheris, krisis ekonomi terjadi di
Negara-negara yang dikuasainya, tak terkecuali Porzar. Dan itu mendorong Sasha,
Rhys, dan Algissara untuk mencuri kargo milik Lonji. Tapi bukannya mendapat apa
yang mereka inginkan, tiga orang tersebut malah harus dikirim ke Alarus untuk
dijadikan budak akibat kesalahan Rhys yang membebaskan budak-budak illegal
milik Lonji. Disana, Rhys, Sasha, serta Algisarra harus menjadi budak dan ikut
menggali gua tempat Winterflame bersemayam serta berbagai serangan Monster
penghuni gua.
Alarus adalah Wilayah bekas tambang emas yang terkutuk
dan dikuasai kaum buruk rupa, saxmor. Menurut mitos, disanalah tempat
Winterflame bersemayam. Tak seorang pun pernah kembali untuk menjelaskan apa
yang dialami di sana.
Winterflame. Senjata dalam legenda. Bentuk Winterflame
memang terlalu ganjil untuk tombak. Bagian luar lengkungannya diukir mirip
tubuh manusia. Sekujur permukaan senjata tulang itu diselimuti oleh urat dan
daging naga. Mata berwarna kekuningan tertanam di bagian bawah lengkungan,
sekeras kristal. Tonjolan tulang tajam menghiasi bagian atas senjata bak deret
belati.
Saat berada di Alarus, tanpa sengaja Rhys bertemu
dengan Raskolnikov yang membuatnya harus dibuang ke Lembah Pembuangan Mayat
karena Raskolnikov mengira Rhys sudah meninggal. Lalu, bagaimana dengan Rhys ?
Apa dia sudah mati karena racun yang diberikan Raskolnikov ? Dan siapa yang
akhirnya bisa menakluk-kan Winterflame dan menjadi Penguasa Ortheva
selanjutnya?
Siapkah kau menjadi saksi dari kekuatan Winterflame ?
Konfliknya bisa berbaur dengan sempurna. Banyak
kejutan-kejutan yang saya temukan dalam novel ini, terutama dalam karakter Rhys
yang memang punya banyak sekali masa lalu yang kelam. Dari mulai dirinya yang
ternyata adalah Pangeran Vassily Ortheris sampai masa lalunya dengan Natalya.
Tidak cuma itu saja, masa lalu Algisarra tidak kalah kompleks dibandingkan Rhys
yang ternyata adalah salah satu anggota kelompok Regu Dua Belas suku Hyomon,
suku yang hancur karena kesalahan Algisarra membeberkan keberadaan sukunya
kepada Selvarath.
“Aku sudah… mengakui masa laluku. Kamu mau melakukan
hal yang sama? Silahkan kalau iya. Apa pun yang pernah kamu lakukan, kurasa
dosa-dosaku lebih buruk. Lebih berat.” —Rhys
Intrik yang disajikan membuat saya tidak bisa melepas
barang sedetik pun dari membaca novel ini. Saya tidak hanya diajak duduk dan
bersantai ria dalam membaca setiap halamannya, tapi juga diajak berlari bahkan
bertarung menghadapi para monster juga para saxmor yang senantiasa mengawasi
gerak-gerik di kegelapan. Selalu ada kejutan tak terduga yang membuat saya
berpikir, “Kejutan apa lagi yang menanti saya di halaman selanjutnya ?”
Kisah cinta menjadi bumbu-bumbu dalam novel ini.
Terutama saat Rhys selalu Algisarra disaat-saat terjadi masalah yang genting.
Rhys selalu berusaha melindungi Algisarra dari bahaya, begitu pula Algisarra.
Dia juga akan melakukan hal yang sama, meskipun nyawa taruhannya. Meskipun kisah
cinta mereka berdua tidak terlalu kentara, tapi melalui show don’t tell, saya
sangat yakin mereka sama-sama jatuh cinta.
“Kamu tahu apa yang menyebalkan? Saat kamu tahu kamu
setengah mati membenci seseorang, tapi kemudian kamu teringat kalau kamu sudah
bertahun-tahun menjadi sahabatnya.” —Sasha
Saya sangat mengagumi sosok Rhys. Orang yang
mengorbankan dirinya di Alarus untuk menyelamatkan kedua sahabatnya, terlebih
kepada Sasha yang memang tidak mempunyai keahlian dalam bertarung dibandingkan
Algisarra yang memang sudah sangat terlatih. Tapi aku sangat kecewa dengan
sosoknya yang malah melarikan diri dari masa lalu.
Kelebihan novel ini menurut saya adalah penggambaran
lokasinya. Banyak sekali gambar yang dimuat dalam novel ini. Semuanya adalah
setting cerita / tempat kejadian-kejadian berlangsung. Mulai dari lembah
Alarus, lembah pembuangan mayat, perkampungan suku Hyomon sampai Negeri Krev
dengan detail gambar yang terlihat nyata. Karena dengan begitu, mudah bagi saya
khususnya untuk membayangkan bagaimana keadaan kota atau lokasi yang
disampaikan penulis.
Sayangnya, cerita yang apik ini tidak dibarengi dengan
susunan katanya. Banyak sekali typo yang saya temui disini. Well, itu
sangat mengganggu sebenarnya, tapi karena pesona penulisan dan imajinasi yang
luar biasa ini, membuat saya tidak menghiraukannya. Anggaplah sebagai hiburan
karena ketegangan yang diciptakan mampu membuat mata tidak berhenti berkedip.