Judul : Walking After You
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagas Media
ISBN : 978-979-780-772-6
Tebal : 320 halaman
Rating
: 4 dari 5 bintang
Sinopsis
:
Masa
lalu akan tetap ada.
Kau
tak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.
Pada
kisah ini, kau akan bertemu An.
Perempuan
dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan
rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya
menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali
kepadanya.
An
tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu sejak berhari-hari lalu. Namun,
ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang ternyata tak mampu ia
jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.
Pernahkah
kau merasa seperti itu?
Tak
bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah
kau merasa seperti itu?
Saat
cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka?
Mungkin,
kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam,
doa yang sama masih kau tunggu.
“Kue
bukan sekedar kue. Kue adalah keajaiban. Kehadiran satu potong tar yang cantik
di atas meja bisa membuat seseorang tersenyum. Satu sendok krim yang
benar-benar enak akan menjadikan hari orang itu sempurna. Dan, kalaupun
sebelumnya mengalami hal buruk, maka kue adalah penawar pahit paling pas.” —Julian
Dalam
kisah ini, aku bertemu dengan tokoh bernama Anise, yang akrab disapa dengan
sebutan An. Perempuan manis yang bekerja di Afternoon
Tea, toko yang menjual beraneka macam kue mulai dari tar, puff, mousse
serta pai dan masih banyak lainnya. An adalah seorang asisten koki.
Darinya,
aku mengetahui masa lalu yang sudah lama mengendap di lubuk hatinya tapi masih
bisa menyayat hati An kala dia mengingat. Selama dua tahun, dia menyimpan
rapat-rapat rahasia itu, bahkan dari kedua orang tuanya. Hanya Jinendra, lelaki
penyuka salsa yang memiliki sepasang mata biru keabu-abuan dan berorama laut
musim panas yang tahu apa yang mengusik An selama dua tahun ini.
Sejak
kecil An jatuh cinta dengan masakan Italia, itulah yang membuatnya sangat
mengidolakan sosok Jamie Oliver —Koki yang menjelajahi sejumlah kota di Italia
dengan Volks Wagen tua. Namun, karena rasa bersalahnya, An memilih untuk
membuang mimpi menjadi koki masakan Italia dan memutuskan untuk memulai hidup
barunya dengan menjadi koki kue Perancis. Impian barunya.
An
masih belum bisa berdamai dengan masa lalunya, dia beranggapan kalau dengan
menjadi koki kue, dia sudah membuat dirinya sendiri merasa lebih baik. Membuat
An sudah bisa menebus kesalahannya.
Lalu,
di sisi kanan Afternoon Tea lebih
tepatnya ruangan dapur, sosok laki-laki dengan kulit pucat dan semulus
porselen, yang memiliki aroma apel, mint, dan sage tengah melakukan persiapan
membuat keajaiban. Dia Julian, biasa dipanggil Ju.
Dari
An pula, aku tahu kalau laki-laki tersebut sangatlah gila akan kesempurnaan.
Kesalahan sekecil apa pun akan dianggap bencana olehnya. Tapi berkat laki-laki
itu pula, An bisa menjadi lebih riang di dapur. Lebih banyak mengeluarkan tawa-tawa
renyahnya.
Kisah
An sangatlah mirip denganku. Aku juga bisa merasakan bagaimana kerinduannya
yang tak terbatas itu karena kami memang sangat mirip. Dalam diri An, kutemukan
diriku. Hanya, aku lebih beruntung daripada An. Aku masih bisa memandang dan
bertemu dengan separuh diriku, sedangkan An tidak.
“Pelangi
yang muncul setelah hujan adalah janji alam bahwa masa buruk telah berlalu dan
masa depan akan baik-baik saja.” —Arlet
Rasanya
sangat sulit buat nggak spoiler ya! Tapi mudah-mudahan nggak spoiler ulasan
saya ini.
Emosi
yang dihadirkan oleh penulis sangat terasa. Bahasa yang digunakan oleh penulis
juga sangatlah lembut seperti soufflé cokelat buatan Ju, ya selembut kue
Perancis tersebut :D Memang baru pertama kali baca novel karangan Mba Windry
dan rasanya pengen baca novel karangan Mba Windry yang lainnya. Ketagihan #hehe.
Menggunakan
sudut pandang orang pertama, membuat saya serasa menjadi An. Seakan-akan saya-lah
yang menjadi tokoh utama dalam novel ini. Bukan cuma jadi penonton, tapi ikut
bermain di dalamnya.
Ide
ceritanya tentang berdamai dengan masa lalu. Penulis mampu mengolahnya dengan
sangat baik dan karakter An sebagai tokoh utama sangatlah kuat. Bagaimana An
sangat kesulitan untuk berdamai dengan masa lalu dan merasa apa yang An lakukan
dengan menjadi koki kue sudah benar. Kisah masa lalu An yang diselipkan penulis
di tengah-tengah membuat cerita ini makin menarik dan membuat saya makin
penasaran dengan ending ceritanya. Walaupun endingnya udah bisa ketebak arahnya,
tapi saya nggak kecewa udah baca kisah An.
Saya
merekomendasikan novel ini untuk yang sulit berdamai dengan masa lalu, yang
pernah melakukan kesalahan, yang pernah berharap bisa memutar ulang waktu dan
memperbaiki kesalahan yang pernah ada. Novel ini cocok untuk kalian.
“Untuk
melepaskan masa lalu, yang harus kau lakukan bukan melupakannya, melainkan
menerimanya. Dengan menerima, kau punya kesempatan untuk belajar memaafkan diri
sendiri.” —An
0 komentar:
Posting Komentar