Judul : Endless Love
Penulis : Wu Xiao Yue
Penerjemah : Jeanni Hidayat
Penyunting : Arumdyah Tyasayu
Proofreader : Dini Novita Sari
Cover Designer : Angelina Setiani
Ilustrasi Isi : Frendy Putra
Penerbit : Haru
Tanggal Terbit
: Januari, 2015
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7742-44-4
Tebal : 278 halaman
Rating
: 2 dari 5 bintang
Sinopsis
:
Mereka
dipertemukan oleh seutas benang merah.
Bermula
dari suatu kejadian yang melibatkan benang merah, kenangan-kenangan manis di
antara mereka pun perlahan terukir. Namun, seiring dengan berlalunya waktu,
salah seorang dari mereka memilih untuk mengubur kenangan itu dalam-dalam.
Siapa
yang mengira bahwa Liang Jing Hao, laki-laki dingin perwakilan perusahaan Red
Line Soft Tech yang berhati dingin itu, dulunya adalah pria yang selalu penuh
dengan tawa?
Dan
siapa juga yang akan menyangka bahwa Song Rui En, pelukis jalanan yang selalu
menunggu di depan bandara itu, dulunya adalah wanita yang hidup penuh
kemewahan?
Saat
mereka bertemu kembali, dapatkah kenangan tentang benang merah itu menghadirkan
kebahagiaan bagi kedua orang tersebut?
Atau…
malah sebaliknya?
***
“Kau
adalah hadiah terindah yang diberikan Tuhan kepadaku. Tuhan menghadiahkan kau
padaku, atas semua kesabaranku. Seperti hadiah natal. Karena aku sangat tegar,
jadi Tuhan akhirnya menghadiahkanku dirimu yang begitu indah. Menghadiahkanmu
padaku.” —Liang Jing Hao
Liang
Jing Hao tidak menyangka bahwa rak gantungan baju yang dibawanya lari karena
dikejar oleh polisi akan membuat dirinya mendapat masalah. Gantungan baju
miliknya secara tidak segaja membuat benang merah rok seorang wanita tersangkut.
Alhasil, mereka berdua harus berlarian bersama. Sementara Jing Hao berlari
karena kejaran polisi, sedangkan wanita bernama Rui En harus berteriak
menghentikan Jing Hao agar rok miliknya tidak semakin pendek. Ya, Tuhan seolah
sedang bercanda pada mereka dengan membuat untaian benang merah panjang yang
menghubungkan mereka berdua.
“Pria
dan wanita yang sudah terhubung oleh benang merah, betapa pun keduanya saling
membenci dan mendendam, pada akhirnya akan menikah, menjadi sepasang suami
istri” —hal.67
Setelah
kejadian itu, perasaan aneh membuat mereka semakin dekat. Ya, Jin Hao mencintai
Rin En, begitu juga sebaliknya. Cinta mereka awalnya berjalan dengan saat baik,
hingga saat waktu pernikahan, hal yang tidak diinginkan-pun terjadi. Jin Hao menghilang…
Selama
tiga tahun, Rin En selalu setia menanti kepulangan Jin Hao, dia percaya bahwa
laki-laki yang disukainya itu akan kembali. Dia melepaskan semua-nya,
melepaskan mimpinya untuk pergi ke Paris, melepaskan diri dari segala
kekayaannya dan tinggal dirumah yang dulu pernah ditempati oleh Jin Hao dan juga
memilih menjadi seorang pelukis jalanan dan selalu datang ke bandara untuk menunggu
kepulangan Jin Hao.
Lalu setelah akhirnya
Jin Hao kembali, apakah hubungan mereka tetap berlanjut seperti dulu, atau
malah sebaliknya?
Awal
baca-nya agak bingung dengan alurnya, tapi lama-kelamaan bisa masuk juga ke
dalam alur ceritanya walaupun sedikit monoton sih ceritanya! Belum dapet feel gitu, maksudnya. Apalagi banyaknya
tokoh dalam novel ini, sedikit membuat saya kebingungan dan selalu membalikkan
halaman sebelumnya untuk mencari lagi tokoh serta peran mereka. Maklumlah,
namanya hampir sama semua makanya saya kebingungan untuk mengingat
satu-per-satu peran mereka.
Dan
yang paling membuat saya kecewa adalah tidak adanya pembatas antara kejadian
yang satu dengan yang lain, apalagi di dalam cerita ini saya menemukan banyak
sekali hal itu. Kesannya jadi terlalu mendadak dan membuat saya kelimpungan, dari adegan yang ini lalu
tiba-tiba langsung beralih ke adegan yang lain. Seharusnya ada jeda, di-spasi mungkin juga bisa biar ada
jaraknya, jadi pembaca tidak dibuat kebingungan.
“Lihatlah
lebih dekat ke dalam hatimu! Kalau tidak mampu melepaskannya, maka peganglah
dia dengan erat. Kalau dia tidak mencintaimu, ya kau lepaskanlah dia dengan
ikhlas, jangan pikirkan dia lagi! Kau kan Cuma perlu memilih satu di antara
dua, apa susahnya, sih??” —Liang Jin Hao
Walaupun
mencoba untuk mendapatkan feel dari
ceritanya, tapi entah kenapa saya nggak bisa tersentuh saat membaca novel ini.
Ceritanya, kesannya, biasa-biasa aja nggak ada yang special banget. Hampir mirip dengan novel Korea kebanyakan —menurut
saya. Unsur benang merahnya memang ada, tapi kurang greget. Terlalu banyak flashback—nya,
jadinya alur majunya kurang dapet. Walaupun alur mundur itu perlu karena untuk
mengetahui kenapa para tokohnya berubah sikap, tapi kalo banyak-banyak ya nggak
bagus juga.
Tapi
meskipun begitu, saya amat sangat salut dengan penulisnya, Wu Xiao Yue yang
konsisten saat mengungkapkan karakter para tokohnya. Tidak ada yang secara
mendadak berubah drastic, semua diatur dengan cara apik dan tentunya dengan
sebab yang pasti sehingga para pembaca mengerti mengapa para tokohnya berubah
sifat.
Di
cerita ini, kesel banget sama tokoh Jin Hao. Menunggu tiga tahun itu nggak
bentar lho! Lama banget dan bikin nyesek, apalagi kalau yang ditunggu itu nggak
pernah kasih kabar atau kepastian. Because
I ever cause, makanya aku bisa bilang begitu. Dan tentunya, aku sangat
salut dengan tokoh Rui En yang mau menunggu Jin Hao.
“Ternyata,
ketika jantung lupa berdetak, akan terasa sangat menyakitkan.” —hal. 111
Endingnya
bikin shock dan nggak terduga tentunya! Tapi sayangnya mendadak banget, jadi
kesannya ceritanya itu dipaksakan. Nggak bisa mengalir begitu saja. Yeah, saya menyayangkan hal itu. Apalagi
konfliknya kurang banget. Intriknya itu nggak ada yang bikin aku shock dan
bikin aku bilang WOW… ceritanya biasa aja—menurutku.
Yang paling plus itu adalah covernya. Girly banget dan aku suka. Pinky dengan ilustrasi yang cocok dengan
isi keseluruhan cerita. Perpaduan warna dan semuanya itu eye catching. Apalagi semua unsur-unsur yang disebutkan dalam
novel, ada semua di cover novel. Mulai dari ilustrasi wanita mengenakan rok
merah yang terkena gantungan baju sampai bermacam-macam pakaian serta jins.
Last
not but least, saya merekomendasikan novel ini buat
kalian-kalian yang memang percaya dengan adanya ikatan benang merah.
“Pernahkah
kau mendengar tentang legenda benang merah? Di mana setiap manusia diikat oleh
benang merah tak kasat mata pada kelingkingnya, dan ujungnya terikat pada
kelingking belahan jiwanya. Sejauh apapun mereka terpisah, suatu saat mereka
akan bertemu lagi karena benang itu tidak akan pernah putus.”
0 komentar:
Posting Komentar