Judul : Romansick
Penulis : Emilya Kusnaidi
Editor : Irna Permanasari
Desain Sampul : Orkha Creative
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Tanggal Terbit
: 2015
Edisi : Cetakan Pertama
Tebal : 280 halaman
ISBN : 978-602-03-1278-1
Rating
: 3 dari 5 bintang
Sinopsis
:
Her
life was almost perfect. Pekerjaan sebagai editor di
majalah fashion ternama, rekan kerja yang baik hati meskipun doyan gosip, serta
dua sahabat cowok yang selalu ada ketika dibutuhkan. So what a girl could
ask for more? Well, please underline the ‘almost’ part.
Audrey
‘Dre’ Kahono jatuh cinta setengah mati dengan Eren, sahabatnya —namun nggak
pernah punya keberanian untuk mengungkapkan hal itu. Sebuh pengakuan mendadak
dari Eren membuatnya terseret dalam insiden penuh kesialan yang berujung pada
serentetan drama baru : pertemuan tanpa sengaja dengan Austin yang moody
setengah mati, insiden di pelataran parkir, dan belum lagi soal liburan ke Bintan
yang mendadak namun berakhir mengejutkan!
Austin
yang persisten mendekati Dre membuat Dre kesal tapi lama-lama suka. Nah,
masalahnya, ketika Dre mulai dekat dengan cowok lain, Erem malah kelihatan
uring-uringan. Belum lagi drama antara Dre dan Eren berakhir, Austin malah
menambah drama baru dalam kehidupnya…
***
“You don’t just sit there, waiting some
miracles to happen. Sometimes you just have to work it.” —Tara
Audrey
‘Dre’ Kahono, seorang perempuan yang bekerja sebagai executive editor di
Jalouse, memiliki rekan kerja bernama Germaine dan Kelsa yang hobi bergosip,
dua sahabat laki-laki —Tara dan Eren yang selalu ada ketika dibutuhkan. So
What a girl could ask for more?
Well,
Dre jatuh cinta setengah mati dengan Eren— sahabatnya sendiri selama sepuluh
tahun. What? You said that love? It’s not love, but obsession —menurutku.
Ya, selama sepuluh tahun dan selalu di pendamnya tanpa mampu mengungkapkannya.
Bukankah wanita hanya bisa menunggu! Apalagi Eren tipe laki-laki yang cukup
kolot karena tidak peka terhadap perhatian yang diberikan oleh Dre kecuali Tara
yang memang tahu bahwa Dre sangat mencintai Eren.
“Love is that condition in which the
happiness of another person essential to your own. Bullshit.” —Audrey
Belum
cukup dengan masalah percintaannya yang masih menggantung, Dre dihadapkan pada
pengakuan Eren. Laki-laki itu akan melamar pacarnya —Ayuna. Wow…Surprise!
Dan apa yang terjadi dengan Dre? Tentu saja hancur-se-hancur-hancurnya.
Wanita mana yang tidak terluka mendengar laki-laki yang dicintainya akan
melamar perempuan lain.
But,
seperti menguji kesabaran dan ketegaran Dre serentetan masalah mulai
menghampirinya setelah aksi pengakuan dari Eren. Insiden di pelataran parkir
yang membuatnya bertemu dengan Austin Cheo ( The devil in flesh ), yang
selalu membuatnya uring-uringan karena sifat Austin yang moody setengah
mati, tapi lama-lama suka cowok itu hingga membuat Dre melupakan Eren. Belum
lagi liburan ke Bintan yang mendadak namun berakhir mengejutkan!
Bagaimana
tidak mengejutkan, setelah apa yang dialami oleh Dre bersama Austin selama
beberapa hari dan sampai akhirnya Dre harus mengakui kalau dia ada feel dengan
Austin, laki-laki itu ternyata hanya memanfaatkannya. Memanfaatkan
ketidaktahuannya untuk membuat cemburu Sissy —sahabat Austin yang menyukai
laki-laki itu tapi malah memilih Eric.
Akan
banyak sekali kejadian-kejadian yang tak terduga dalam novel ini. Are you
ready to read this book and follow Dre love story?
Sudah
sangat lama saya tidak membaca novel dengan genre romance yang sangat kental,
jadi saya memutuskan untuk membaca novel ini. Dan saya akui saya menyukainya.
Kisah persahabatan dengan selipan cinta di dalamnya. Yeah, memang benar
seorang laki-laki dan perempuan tidak akan pernah bisa menjadi seorang sahabat,
never!
Konfliknya
bisa berbaur dengan sempurna. Banyak kejutan-kejutan yang saya temukan dalam
novel ini, terutama dalam karakter Dre, Tara dan Eren yang memang bervariasi.
Dre yang memang blak-blakan, Tara yang suka jahil, serta Eren yang memang
“lamban” dalam segala hal terutama dalam hal mengenali perasaan Dre. Gemes
banget sama karakter Eren yang memang lelet dan lamban itu dan juga Dre yang
hanya bisa pasrah saja selama sepuluh tahun. Sepuluh tahun, men! Bukan
waktu yang lama buat mendem perasaan. Yeah, walaupun tidak dipungkiri
bahwa saya pernah melakukan hal yang sama dengan Dre, tapi tidak se-ekstrim
Dre karena saya hanya bisa bertahan selama tiga tahun saja, setelahnya saya
menyerah. It really isn’t easy, if you really never experienced it too.
“If I told him my feelings, I’ll lose
him, and I can’t afford to lose you too and ruin this friendship.” —Audrey
Intrik
yang disajikan membuat saya tidak bisa melepas barang sedetik pun dari membaca
novel ini. Unsur romance-nya sempurna dan bercampur dengan baik. Apalagi dengan
kehadiran Austin, laki-laki yang memang sangat mengincar (?) Dre. Haha, agak
ekstrim memang pemilihan kata saya, tapi memang itulah yang dilakukan Austin
untuk mendapatkan hati Dre. Austin mengajak Dre an ordinary lunch. Dan
saat Dre marah dengan Austin yang sikapnya memang menyebalkan, laki-laki itu
hampir setiap hari mengirim buket mawar jingga dengan lili putih yang kelihatan
glamor serta paperbag cokelat bertuliskan “Kaleandro” berisi dua pistachio
muffin —makanan favorit Dre. Romantis, kan?
“Lucu, bahwa waktu bisa mengubah
perasaan orang sebegitu cepatnya. Cuma dalam hitungan bulan dan semuanya
berubah seperti itu. Gue nggak ngerti, secepat itu ya perasaan orang bisa
berubah?” —Eren
Ya,
memang benar. Dre sudah berubah. Sejak datangnya Austin, laki-laki itu mampu
mengubah hidup Dre, menjungkir balik-kan kisah cinta Dre membuat Dre bisa
menghilangkan perasaannya dari Eren —Sahabatnya. Bahkan Tara sendiri sampai
takjub kepada Austin yang mampu mengalihkan perasaan Dre hanya dalam beberapa
bulan. Good Job, Austin!
Aku
suka banget sama covernya. Perpaduan warna-nya balance dan pas, apalagi
ilustrasi dua kursi serta mejanya. Simple dan bagus bangettt!!! Walaupun
ilustrasinya bagus, sampai selesai membaca saya masih tidak tahu hubungan
covernya dan isi keseluruhan cerita. Tapi menurut saya tidak terlalu menjadi
masalah. Untuk typo memang masih ada di beberapa halaman tapi tidak kentara.
Buku-buku
dengan tema seperti ini kebanyakan berakhir dengan akhir yang bahagia. Lalu,
apakah ‘akhir bahagia’ itu berlaku
dalam cerita ini? You must read this book, really.
“But it’s funny when you realize that
past is just a story. And once you realize this, it really has no power on
you.”—hal. 273
0 komentar:
Posting Komentar